Senin, 19 September 2011

Jadi pengen pulang kampung........

Bukittinggi
Perjalanan ke BT selama 2 jam sungguh menyenangkan. Banyak hamparan sawah dan rumah yang mampu melupakan dari hiruk pikuk Jakarta. Kebetulan saya duduk dekat supir, .. duh duh .. jangan ditanya gimana deg2annya saya melihat cara mereka menyetir. Ngebut dan jago nyalip, tapi kelihatannya semua supir di sana seperti itu mengingat jalannya yang mulus dan sepi. Kami singgah sebentar di Air mancur Lembah Anai untuk melihat2 dan membeli makanan di ruko2 setempat


Padang sering saya dengar sebagai daerah yang "wajib dikunjungi". Jadi pergi ke Padang rasa2nya harus saya lakukan suatu hari nanti. Tanpa dinyana dan diduga, kesempatan itu datang juga .. akhirnya saya, anak dan ibu sepakat akan menghabiskan 6 hari 5 malam disana. Lama juga ya.. yah namanya liburan.

Pergi ke Padang dilakoni menggunakan AirAsia. Utk akhir Januari 2006, kami mendapat tiket Rp 466,400/orang/pp Lumayan murah dibanding Garuda yang berharga Rp 446,000/orang/one way (harga di loket penjualan Garuda di Bandara Minangkabau).

Pesawat AirAsia yg kami tumpangi lumayan tepat waktu. Menyenangkan juga, asal jangan melihat dari sisi penampilannya saja. Rasanya lucu juga waktu rebutan mencari kursi. He he he ... serasa di biskota.

Kami masuk dari terminal I, dan saat menunggu keberangkatan sempat mencari makan di sebuah cafe. Lupa nama cafe-nya, tapi yang jelas dekat dengan eskalator untuk ke lantai 2. Makanannya ya.. so so banget deh, padahal penampilan cafe-nya kelihatannya cukup bagus. Perjalanan ke Bandara International Minangkabau (BIM) dari Cengkareng sekitar 1 jam 40 menit. Sesampai disana.. saya langsung ke Counter Taxi resmi Bandara dan mencari taxi untuk ke Bukittinggi(BT).

Dari BIM ke BT sebenarnay bisa naik Damri ke Padang lalu sambung naik kendaraan lain lagi. Atau menumpang travel dengan membayar hanya Rp 25,000/orang. Saat itu kami memilih naik taxi untuk kemudahan. Rate resmi dari bandara adalah Rp 185,000. Sebelum perjalanan dimulai, sang supir sudah minta uang bensin sebesar Rp 100,000.

Perjalanan ke BT selama 2 jam sungguh menyenangkan. Banyak hamparan sawah dan rumah yang mampu melupakan dari hiruk pikuk Jakarta. Kebetulan saya duduk dekat supir, .. duh duh .. jangan ditanya gimana deg2annya saya melihat cara mereka menyetir. Ngebut dan jago nyalip, tapi kelihatannya semua supir di sana seperti itu mengingat jalannya yang mulus dan sepi. Kami singgah sebentar di Air mancur Lembah Anai untuk melihat2 dan membeli makanan di ruko2 setempat. Karena cuma sebentar, bayar parkir hanya Rp 1,000. Kalau lebih lama, katanya bisa lebih mahal lagi.

Sesampai di BT sudah lewat mahgrib, kami segera mencari hotel. Saya memilih Hotel Gallery di dekat Hotel Novotel. Sang supir taxi dengan setia mengantarkan dan wanti-wanti agar saya melihat kondisi kamarnya dulu. Setelah OK, baru dia pergi setelah saya membayar sisa ongkos taxinya.


Hari-hari di BT kami isi dengan menyambangi Taman Panorama berikut Gua Jepangnya, Benteng Fort de Kock, Tourist Information Center (buka setelah jam 9 pagi) dan jalan2 keluar kota. Kota BT memang kecil sehingga rasanya akan jemu bila tinggal terlalu lama tinggal disana tanpa keluar kota.

Harga tiket masuk untuk ke semua tempat lumayan murah (antara Rp 1,500 - 2,000/orang). Banyak tersedia local guide disana dan mereka rata2 tidak terlalu agresif menawarkan jasanya. Saya sendiri ngga pernah menggunakan jasa mereka. Yang lebih agresif justru saya lihat dari penjaga tiket dan tukang parkir. Seperti saat saya mengunjungi Danau Singkarak, saya singgah di sebuah taman yg tidak terawat. Ee.. saat parkir mobil, langsung saja ada yang menghampiri dan wanti2 bahwa kami harus bayar sekian ribu. Kami saat itu mau saja membayar dengan meminta bukti karcisnya. Duuh.. itu karcis sampai kumal dipegang terus, kira2 sudah berapa lama ya taman itu tertelantarkan ?

Berjalan-jalan di sore hari atau malam hari di BT cukup menyenangkan. Penjualnya tidak ada yang marah saat ibu saya menawar barang. Ibu saya memang kalau menawar suka "tega".. wah, kalau di Jakarta, bisa disumpahin orang nih. Ada pertunjukan tarian daerah di sebuah sanggar yang lokasinya tidak jauh dari jam gadang. Beberapa sanggar tari mengadakan pertunjukan disitu pada hari2 yg berbeda. Harga tiketnya Rp 40,000/orang.. dan cukup menyenangkan menonton disitu selama 1,5 jam meski sempat telat selama 10 menit. Tapi siap2 saja sesudah pertunjukan penarinya akan langsung mendekati penonton untuk berjualan souvenir dari mereka.

Berhubung saat itu masih hari raya Imlek, jadi banyak resto Chinese yang tutup. Apa daya.. menu masakan berbau santan dan pedas menjadi tak terhindarkan lagi. Pilihan lain paling2 makanan standar seperti "Nasi goreng, Mie goreng, Mie rebus, Juice..", dan herannya hampir disetiap resto ada menu ini. Hanya ada 1-2 resto yang menyajikan steak atau seafood. Hari ke-5, sayapun tak kuat lagi menyantap hidangan yg seperti itu terus dan akhirnya beralih ke KFC.. he he he Harga makanan bervariasi sekitar Rp 5,000 - 10,000 untuk kedai tenda. Dan makan di resto Padang sekitar Rp 35,000 - 50,000 untuk ber-4.

Untuk mengunjungi daerah2 di luar kota, disediakan berbagai macam tour. Yaitu Tour Minangkabau (mengunjungi Selatan BT), Tour Maninjau (mengunjungi bagian barat BT), dan Tour yang mengunjungi bagian Timur BT. Harga rata2 tour adalah Rp 100,000 - 125,000/orang. Kalau tour dengan menyewa mobil bisanya kena sekitar Rp 450,000 - 500,000 (termasuk bensin, supir, dan tiket masuk). Saat itu saya sewa mobil dengan harga Rp 450,000 dan saya menggabungkan kunjungan ke Selatan dan Barat BT. Berangkat jam 9:30 dan kembali ke BT jam 6 sore. Uh.. melelahkan juga...




Rata2 yang disajikan adalah pemandangan alam berupa pegunungan(Tabek Patah, Sungai Landia) dan danau (Maninjau dan Singkarak). Yang paling berkesan bagi saya adalah saat mengunjungi Istana Pagaruyung dan rumah yang berusia lebih dari 350 tahun. Di danau Singkarak, saya mampir makan di sebuah taman yang tak terurus, sampai2 WC-nya pun tak terurus. Makan ikan bilis yang di pangek disana.. duh sedapnya. Ditambah air putihnya yang terasa lezat. Pulangnya kami langsung membungkus sekantung ikan bilis goreng. Harga makanan disana Rp 5,000/porsi. Ohya taman ini letaknya agak tersembunyi dan tampak sepi. Menurut penjaga warung disitu, sejak BBM naik pengunjung makin berkurang.

Belanja oleh2 saya dilakukan di Pasar Atas. Tersedia toko Grosir di tengah2 pasar yang memberikan harga Rp 1,500 - 3,000 lebih murah dari harga di kios2 pinggir jalan. Membeli makanan disana juga dilakukan tapi hanya untuk makanan seperti enting kacang atau ikan2an. Untuk Sanjai dan aneka keripik, saya beli di Toko NITTA karena sanjainya lebih fresh dan rapuh(istilah orang sana).

Setelah menghabiskan 5 malam disana, kami pulang kembali dengan AirAsia. Pesawat telat sekitar 15 menit. Sesampai di bandara Cengkareng, saya ditawari mobil dengan harga Rp 200,000 ke Depok. Saya coba tawar sampai Rp 175,000 .. dia tidak mau. AKhirnya saya menggunakan taxi saja. Aduuh.. macetnya Jakarta di hari Jum'at malam. Total argo akhirnya harus dibayar sebesar Rp 190,000 ... lah kok sama aja ya dengan mobil yang ditawari tadi ya.














Sunday, January 4, 2009
Ciwidey, Dari Kawah Putih Ke Situ Patengan
Tulisan ini khusus saya tujukan kepada teman-teman backpacker yang ingin mengunjungi wisata alam Ciwidey. Untuk menuju ke sana banyak wisatawan yang menggunakan kendaraan pribadi (mobil dan sepeda motor). Meskipun demikian anda jangan takut, biarpun letaknya di selatan jauh kota Bandung tetapi untuk menuju kesana anda bisa menempuhnya dengan kendaraan umum. Ada bis dan angkutan pedesaan yang dapat mengantarkan anda dengan biaya yang tidak mahal.

Tepat di pegunungan Patuha dengan ketinggian ±2400mdpl keelokan maha karya sang Maha Kuasa dapat anda nikmati. Rute menuju ke wisata alam Ciwidey anda bisa menempuhnya dari pusat kota Bandung. Dari terminal Leuwipanjang anda bisa naik bis jurusan Bandung-Ciwidey. Biaya angkutan untuk menuju ke sana cukup murah. Anda cukup merogoh isi kantong anda sebesar Rp. 7000 dan turun di terminal Ciwidey. Atau kalau anda suka berdesak-desakkan silahkan naik mobil L300 dengan jurusan yang sama dengan biaya yang sedikit mahal. Anda bisa mengeluarkan biaya Rp 10.000, dengan angkutan ini, namun anda bisa lebih cepat menuju ke Ciwidey.

Setelah sampai di terminal Ciwidey anda bisa mencari angkutan pedesaan jurusan Ciwidey-Situ Patengan. Angkutan ini cukup banyak dan waktu trayeknya hingga sore hari, tetapi saran saya lebih baik anda berangkat pagi hari. Dari terminal Ciwidey anda cukup mengeluarkan ongkos sebesar Rp. 10.000. Cukup murah kan?

Selama perjalan menuju ke Situ Patengan anda akan melewati sejumlah perkebunan strawbery. Untuk menikmatinya buah strawbery anda tidak perlu berhenti, di lokasi wisata banyak di jajakan strawbery dengan kualitas yang beragam. Terserah anda mau memilih kualitas yang mana dengan harga yang sangat terjangkau.

Lokasi wisata pertama yang bisa anda jumpai adalah lokasi wisata Kawah Putih. Menuju lokasi Kawah Putih, dari pintu masuk hingga ke kawah jaraknya sekitar 5 km atau bisa ditempuh sekitar 20 menit. Melalui jalan beraspal yang berkelok-kelok dengan pemandangan hutan tanaman Eucalyptus dan hutan alam dengan aneka ragam species hutan hujan tropis. Khusus untuk para backpacker di pintu masuk sudah disediadakan kendaraan khusus dengan biaya charter sebesar Rp. 100.000 PP. Atau kalau anda mau bersabar maka anda harus menunggu hingga kendaraan ini penuh dengan penumpang yang kapasitasnya 14 orang dengan biaya Rp. 8000 PP.


Selain bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan, dapat pula ditempuh dengan berjalan kaki atau lintas jalan kaki sejauh 7 km dari objek wisata alam Punceuling, melalui jalan setapak hutan alam. Meski perjalanan agak melelahkan, namun di sepanjang perjalanan akan terhibur dengan suasana hutan alam dan udara segar dan bersih. Bagi petualang, jalur ini menjadi alternatif yang cukup menantang hingga mencapai objek wisata kawah.

Selain lokasi wisata Kawah Putih anda bisa mengunjungi lokasi wisata yang lain dengan arah yang sejalur. Dari Kawah Putih menuju Situ Patengan anda akan menemui beberapa lokasi wisata, diantaranya pemandian air panas Ciwalini, bumi perkemahan Ranca Upas, Perkebunan Teh Ranca Bali dan yang terakhir adalah Situ Patengan.
Situ Patengan atau yang lebih populer di dengar orang dengan nama Situ Patenggang merupakan suatu legenda romantis di zaman dahulu kala. Setelah memasuki gerbang Situ Patengan, kita akan melewati perkebunan teh yang menghijau. Dan tidak jauh kedepan, kita akan melihat hamparan air yang sangat banyak dengan keindahan alam yang menawan. Kesegaran dan kesejukan menambah kenyamanan kita di area wisata Situ Patengan.


Rasa lelah yang dirasakan pada saat melakukan perjalanan ke lokasi wisata ini senantiasa akan hilang begitu sampai ke lokasi wisata Situ Patengan. Hamparan air yang luas, dengan sentuhan kabut tipis yang menggantung diatasnya, menambah indahnya suasana Situ (danau). Dengan melihat tenangnya air danau, segarnya udara yang kita hirup, dan sejuknya suasana danau akan membuat kita merasa damai dan bisa melupakan sejenak kepenatan dan stress yang sedang dihadapi.

Selain bisa menikmati pemandangan dari pinggir danau, kita juga bisa menyewa perahu untuk mengelilingi danau, terutama mengunjungi pulau yang menjadi pelengkap legenda Situ Patengan. Pulau Asmara dan Batu Cinta merupakan lokasi yang menjadi tujuan para wisatawan. Konon menurut ceritanya, siapapun yang singgah ke Batu Cinta dan mengelilingi Pulau Asmara maka akan mendapatkan cinta yang abadi. Hal inilah yang mungkin menjadikan Batu Cinta dan Pulau Asmara menjadi tempat yang membuat wisatawan menjadi penasaran.

Demikian tulisan dari saya, semoga bermanfaat dan selamat berkunjung!

Baca Sharingnya jadi pengen banget jalan jalan....

Ciwidey
Akhirnya, hari yang ditunggu datang juga. Sabtu 11 Maret 2006, kami anggota milis Indobackpacker mengadakan One Day Trip to Ciwidey. Sesuai jadwal yang telah disusun oleh Sonson dan Aris, semua peserta harus sudah hadir di Parkir Timur Senayan jam 5.00 wib atau paling telat jam 6.00 wib, kami bertiga (Irma, Deny dan Ine) dengan mata yang masih mengantuk berangkat menuju Parkir Timur Senayan. Kami tiba disana pukul 5.30 wib, waaahhh… ternyata udah banyak juga yang dateng dan terlihat juga 2 buah bus pariwisata “ Die 9 Bethoven Symphony”. Bagus juga bus nya.

Cuaca masih lumayan gelap saat itu, terlihat beberapa orang membentuk kumpulan sendiri-sendiri (nge gank gitu deh). Tapi dilihat secara sepintas para peserta trip ini lumayan beragam, ada yang muda, ada yang setengah tua, bahkan ada yang udah lumayan tua (salut buat ibu-ibu yang ikutan juga).

Sesuai instruksi dari Aris, bagi peserta yang sudah tiba, wajib segera melapor kepada ketua regu di masing-masing bus. Kebetulan kami dapat tempat di bus 1, jadi aku segera melakukan instruksi tersebut dengan menghubungi Aris, eehhh…ternyata Aris malah belom dateng. Ya sudah yang penting aku sudah memenuhi kewajibanku. Tidak berapa lama Aris “sang ketua regu”
dateng, dengan tersenyum dia menyalami dan mengenalkan diri kepada kami sambil berkata “maaf terlambat, udah banyak juga yang telepon saya tadi”.

Sambil menungu peserta yang lain dateng, kami melihat ada beberapa orang yang membeli sarapan pada penjaja makanan (mbok2 gitu deh), ada yang cuma ngopi atau bahkan sarapan pagi. Kami malah memanfaatkan waktu menunggu dengan berfoto ria. Ternyata ketua regu di bus 1 bukannya Aris tapi malah Sonson (salah deh gue tadi, gpp yang penting pede).

Setelah peserta sudah lumayan banyak, Sonson dan Aris memberikan komando (kayak tentara aja komando
he..he..) agar tiap-tiap peserta segera masuk ke dalam bus masing-masing. Lumayan lama juga kami menunggu peserta lainny yang belum juga menunjukkan batang hidungnya. Terlihat Sonson sibuk mendata peserta di bus 1, karena memang ada beberapa orang yang belum hadir, dan setelah mendapatkan konfirmasi bahwa peserta tersebut akan menunggu di pintu tol Jatibening, bus kami berangkat meninggalkan Parkir Timur Senayan pukul 6.07 wib, yah..sedikit ngaret dari jadwal sebelumnya. Bus melaju dengan lancar menuju pintu tol, jalanan juga cukup lengang sehingga dengan cepat kami segera tiba di pintu tol Jatibening untuk menjemput peserta lainnya, yaitu 3 orang wanita muda (he..he… Melly, Nun Q, dan Yosi). Tapi tunggu dulu masih ada sepasang suami istri yang masih harus dijemput di Starbuck (maap ngga tau namanya) Setelah menjemput sepasang suami istri itu, sejurus kemudian bus melaju menuju Bandung, tapi bus kami harus beberapa kali berhenti di pom bensin (bukan untuk mengisi bensin) tetapi karena peserta di bus 1 kebanyakan perempuan (tau kan ngapain kami berenti…?)

Singkat cerita, kami tiba di Bandung pukul 8.30 wib, cuaca di Bandung cukup cerah saat itu, ini berarti kemungkinan akan turun hujan sangat kecil. Selanjutnya kami menuju Kawah Putih melalui Soreang. Di sepanjang perjalanan ke Kawah Putih, kami dapat melihat cukup banyak delman/andong/dokar yang digunakan masyarakat sekitar sebagai sarana transportasi. Tidak jauh meleset dari jadwal sebelumnya, kami tiba di Kawah Putih sekitar pukul 10.00 wib. Sebelum kami memasuki Kawah Putih, Sonson memberikan penjelasan singkat mengenai Kawah Putih dan tarif tiket masuk yang harus dibayar, yaitu sebesar Rp. 4.000/orang. Dwi “Ary Lasso” dipercaya oleh Sonson sebagai Debt Collector.

Untuk sampai ke Kawah Putih, kami harus menggunakan angkot kecil karena jalan menuju Kawah Putih tidak terlalu lebar, tarif angkot tersebut sebesar Rp.
6.000/orang P.P. Dengan bersemangat seluruh peserta turun dari bus untuk berebutan naik angkot, tapi karena aku terlalu sibuk dengan perbekalan, aku ngga kebagian angkot, yaa…terpaksa nunggu dulu deh. Memang setiap kejadian kalo diambil positif nya pasti indah aja ya… karena punya waktu nunggu angkot aku jadi bisa nyobain batagor emang2. Harga/porsi Rp. 3.000. Sempet sibuk juga tuh emang2 karena diserbu anak2 yang kelaperan dari Jakarta he..he… lumayan enak juga batagornya mang…atau mungkin karena laper aja sehingga apapun jadi enak.

Setelah menyantap batagor, dan berbincang-bincang sejenak dengan Aris dan Sonson, angkot yang ditunggu tunggu datang juga. Kapasitas angkot dengan kondisi tempat duduk yang ada sekitar 10 orang (ini juga tergantung dari besar kecil bumper orang2 nya he..he… main fisik neh), atau bisa juga gelantungan atau naik di atas atap angkot. Supir angkotnya ngebut juga bawa angkotnya (kejar setoran mang..). Waktu yang ditempuh untuk sampai ke Kawah Putih kira2 10 menit.

Pemandangan Kawah Putih cukup mengagumkan dan unik, dari kejauhan terlihat seperti danau dengan air yang berwarna putih, dengan dikelilingi jajaran bukit-bukit. Cuaca cukup terik saat itu, aroma belerang cukup menyengat, tapi lama kelamaan kami terbiasa juga dengan aroma belerang tersebut. Seluruh peserta seperti terbius dengan keindahan Kawah Putih, hal ini terlihat dari antusias peserta yang dengan berlari lari kecil mencari tempat strategis untuk mengabadikan keindahan Kawah Putih. Tapi acara hunting photo sedikit terganggu dengan datangnya sang hujan di siang hari. Semua peserta berlarian mencari tempat berteduh dan berusaha kembali ke bus nya masing-masing.

Ooo iya yang menarik di Kawah Putih itu adalah ada seorang pengamen siter yang iramanya sangat menenangkan dan menentramkan siapa saja yang mendengarnya. Dia duduk di ujung jalan tepat dekat tangga, dengan berpakaian khas orang Sunda, sangat unik.

Setelah menghabiskan waktu di Kawah Putih sekitar 2 jam, kami melanjutkan perjalanan ke Situ Patenggang.
Tepat pukul 12.16 wib kami meninggalkan Kawah Putih dan tiba di Situ Patenggang pukul 12.29 wib. Tiket masuk ke Situ Patenggang juga sama dengan tiket masuk ke Kawah Putih yaitu cuma 4 ribu rupiah saja (dialek Bali bow…). Lagi2 si Ary Lasso beraksi…. buat ngumpulin uang tiket masuk Situ Patenggang. Acara di Situ Patenggang adalah acara bebas. Bagi yang merasa lapar, dipersilakan mencari makanan sendiri yang tersedia di warung2, bagi yang mau sholat dipersilakan untuk sholat, bagi yang mau naik perahu, dipersilakan naik perahu.

Berdasarkan info dari Sonson, tiket perahu itu sekitar Rp. 7.000 sampai Rp. 10.000 per orang. Kalau tiket perahu Rp. 7.000 berarti perahu tidak akan melipir lewat pinggiran Situ, tapi kalau harganya Rp. 10.000 berarti perahu akan melewati pinggiran Situ. Tapi harga Rp. 7.000 atau Rp. 10.000 tetap akan menyinggahi Batu Cinta. Dimana di Batu Cinta tersebut dapat dilihat cerita asal muasal terbentuknya Situ Patenggang. Mungkin cerita ini adalah mitos belaka, karena proses terbentuknya sebuah situ atau danau sebenarnya berasal dari kawah – kawah akibat letusan gunung berapi, begitulah cerita dari Kang Aris.

Harga makanan pun beragam, mulai dari Rp. 5.000 sampai Rp. 10.000. Menunya pun beragam mulai dari Indomie, Ayam Bakar, Nasi Gulai dll. Setelah puas mengunjungi Situ Patenggang, kami bersiap-siap menuju Ranca Upas yaitu tempat penangkaran rusa. Tepat pada pukul 15.16 wib kami meninggalkan Situ Patenggang menuju Ranca Upas. Tiket masuk ke Ranca Upas juga sama dengan yang lainnya yaitu Rp. 4.000/orang. Mengingat letak dari Situ Patenggang berdekatan, maka tidak banyak waktu yang dibutuhkan untuk tiba di Ranca Upas. Tepat pukul
15.34 wib kami tiba di Ranca Upas.

Rusanya mana ya…? Yaah…dikit banget…masih lebih banyak di Istana Bogor, mungkin rusanya lagi pada istirahat kali. Makanya tidak banyak obyek foto yang bisa diabadikan disana. Kami lebih memilih foto rame2.
Disitulah aku baru tahu ternyata mudah sekali mengumpulkan para peserta, tinggal teriak aja “ foto foto….” Langsung deh pada ngumpul. Dan semua peserta adalah penganut aliran narsisme (he..he… pada mau di depan semua kalo difoto).

Hanya kira-kira ½ jam kami berada di Ranca Upas, untuk selanjutnya kami melanjutkan perjalanan untuk acara petik strawberry. Waahh…peserta di bus 2 pada hilang…Kang Aris kebingungan tuh… Tiba di tempat pemetikan strawberry, kami sudah bersiap-siap memanen strawberry. Sebelum acara memetik strawberry dimulai, Sonson melakukan negosiasi dengan pemilik kebun tentang harga/kg strawberry. Akhirnya setelah tarik ulur harga, disepakati harga/kg strawberry Rp. 30.000.

Setelah mendapatkan keranjang dan stryrofoam, kami dengan bersemangat memanen strawberry sambil sesekali berfoto ria, tetap dengan aliran narsisme. Karena di Jakarta ngga ada kebun strawberry, makanya kita semua jadi kalap. Tetapi karena supply dan demand nya tidak seimbang, makanya kami hanya mendapatkan sedikit strawberry, karena harus berkompetisi dengan peserta lainnya. Beruntunglah masih ada yang jual strawberry di luar areal kebun, jadi kami bisa membawa pulang strawberry lebih banyak. Acara petik memetik strawberry selesai juga, dan kami langsung menuju Ciwok pada pukul 17.21 wib.

Bandung lumayan macet malam itu, maklumlah karena malam itu adalah malam minggu. Dengan perut kelaparan, akhirnya kami tiba di Ciwok, jam berapa ya… (lupa tuh). Tanpa basa basi lagi aku mulai hunting tempat makan karena perut ini sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Rumah makan Ampera menjadi pilihan terakhir kami, bersama Sonson, Santos dan Eva, Deny Dotten, Dwi “Ary Lasso” dan Alif kami melahap makanan dalam waktu singkat. Dan akhirnya…bye bye..Bandung, we have to go back to Jakarta pada pukul 20.30. Tiba di Parkir Timur Senayan sekitar jam 23.00 wib (lupa ngga nyatet jam nya).

Pokoknya seru dan asyik deh ke Ciwidey, jadi pengen ikutan next trip nya Indobackpacker lagi nih… Pulau Pramuka… I’m coming….


Salam,

Irma

Photo :http://gallery.indobackpacker.com/index.php?TopicID=ciwidey

catatan Admin:
A. Jakarta - Bandung by bus
1. Ekonomi Rp. 25.000 (seat 2-3)
2. Ekonomi AC Rp. 35.000 (seat 2-3)
3. AC biasa RP. 40.000 (seat 2-2/non toliet) 4. AC eksekutif Rp. 45.000 (seat 2-2/TV/toliet)

Keberangkatan bisa dari Kampung Rambutan (no.1,2,3,4) Keberangkatan bisa dari Lebak Bulus (no. 4)Harga diatas bulan Januari 2006 (semoga belum berubah)
B. Bandung (terminal Leuwi panjang) - Soreang Angkot Rp. 3000,-
C. Soreang - Situ Kawah Putih
Angkot Rp. 3000,-
Biaya masuk ke kawah putih Rp. 4000

D. Pintu masuk Kawah Putih - Kawah Putih Angkutan setempat Rp. 6000 PP
E. Kawah Putih - Situ Patengan
Angkot Rp. 2000,-
Biaya masuk ke Situ Patengan Rp. 4000

F. Situ Patengan - Ranca Upas Angkot Rp. 2000,-

Tips dan segala kemungkinan...

Kalau one day trip ciwidey PP ngga akan ke uber semua tempat, karena Angkot disana (Soreang-Situ) jarang sekali angkutannya, sekalinya ada suka ngetem menunggu penuh penumpang, berlaku juga dari kawah putih sampai puncak, kalau ngga ada penumpang yah ngga jalan menunggu sampai penuh... uihhh buang2 waktu...nanti lama di jalan...

Kemungkiannya paling enak emang pergi rame2... biaya selain lebih murah , nyaman dan semua tempat dapat dikunjungi....

Semoga membantu.... kalo kurang jelas silahkan tanya
lagi

sonson artson at yahoo.com

Last Updated ( Friday 14 Apr 2006 )





Tasikmalaya
hasil berbalas pantun di email, akhirnya kami memutuskan untuk jalan-jalan ala backpacker tgl 16 – 18 November ke Tasik. Rencananya sih wisata ke Gunung Galunggung dan Jelajah pantai-pantai yg ada di Tasik, tapi mungkin kurang promosi, jadi setiap aku tanya di milis IBP tentang daerah pantai di Tasik, gak ada yg bantu ngejawab, untung ada mas Google, jadi bisa ngebantu dikit, walaupun keterangannya minim banget, cuma sebaris-dua baris, gak ada gimana caranya mau menuju ke sana, dll.

Dekat hari H, tiba-tiba teman2 yg tadinya menggebu-gebu pengen ikutan banyak yg mengundurkan diri, sampai-sampai aku pakai acara ngancam si Dian (yg sekarang jadi ibu ketua rombongan) biar tidak terpengaruh sama yg ngajak2 acaranya diundur karena ada acara lain yg lebih menarik. Fiuhhh untung aja, the show must go on kata Syifa, setelah dihitung-hitung ternyata yg tetap pergi jumlahnya lebih dari 5 orang n terakhir malah nambah jadi 12 orang. Lumayan d, soale bisa ngirit kalo banyak yg ikut, buat saweran sewa angkot dan penginapan.

Meeting Point ditentukan di Kampung Rambutan jam 20.00 malam tgl 16 November, tapi seperti biasa, jam 20.30 baru kami berangkat menuju Singaparna dan harus naik Bis Ekonomi (yg AC udah gak ada) ternyata itu bis yg terakhir. Karena udah pernah jalan ke Tasik yg memakan waktu 5 jam trus jalannya berkelok-kelok seperti ular, aku memutuskan untuk minum antimo (sorry bukan promosi). Lumayan ngebantu, karena bis baru keluar dari terminal, ngantuk sudah menyerang, jadilah sepanjang perjalanan aku puas tertidur. Gak terasa jam 3 .30 pagi kami udah sampai di kota Singaparna dan kebetulan bisnya stop di depan Mesjid Agung Singaparna, jadi kami bisa sholat dan bersih-bersih alias numpang mandi di mesjid ini. Setelah nyabu (nyarap bubur) kamipun lanjut naik angkot ke Gn. Galunggung, sayang banget jalannya rusak berat, jadi lumayan olahraga di angkot. Sampai di pos masuk, sambung naik ojek ke atas tempat tangga or jalur trekking ke kawah Gunung Galunggung. Karena tangga menuju kawah jumlahnya 620, kami lebih milih naik lewat jalur trekking. Perjalanan ke kawah berjalan lancar, walaupun jalannya lumayan menanjak tp dibandingkan jalan ke baduy kemarin, ini sih gak ada pa2nya (hehehe sok d), tampak dari atas kawah gn. Galunggung begitu menawan, terbayar keletihan perjalanan semalam. Photo2 narsispun dimulai, apalagi kawah yg berwarna hijau serta padang rumput yg mengelilingi kawah begitu menggoda. Puas photo2, perjalananpun diteruskan menuju pantai, kali ini kami memutuskan minta antar sama angkot yg tadi, langsung ke terminal di Tasik, setelah dapat Elf tujuan Cipatujah, kamipun langsung berangkat tapi kali ini kami gak pakai sistim charter, jd sepanjang jalan kalo ada penumpang yg menyetop di jalan terpaksa berhenti trus setiap berhenti pasti kernetnya bilang gak ada lagi mobil yg menuju ke sana, kita sih iya aja, tp herannya sepanjang jalan ketemu ama bis2 gede kalo dilihat-lihat ada yg menuju ke cipatujah, berarti sebenarnya ada bis tapi jarang, getu lho pak….

Setelah melalui perjalanan yg lumayan berkelok-kelok n perlu waktu 3 jam akhirnya kami sampai di daerah Sindang Kerta, penginapan kami kebetulan dekat pantai jd setelah berbagi kamar dan menaruh barang2, kami langsung menuju pantai. Sambil menunggu sunset. Kami sibuk dengan acara masing-masing. Kebetulan di pantai ada cerukan yg lumayan gede jd bisa dipakai buat berenang tanpa takut ada ombak datang n juga sembari photo2. Puas photo2 juga kedinginan karena habis berenang, aku balik ke penginapan buat bersih2. Setelah mandi, sholat dan makan, kami bersiap-siap untuk hunting ngeliat penyu. Tapi setelah Mang Ade (orang dari Penangkaran penyu) bilang kalo penyu yg bertelur itu adanya jam 1-2 pagi, aku sudah malas aja ikutan, tp ngapain aku bengong sendiri di penginapan, akhirnya aku ikutan pergi. Benar aja setelah perjalanan yg cukup lama dan panjang dan menyusuri pantai berkarang (kakiku sempat terantuk), kata Mang Ade “Cuma 2 km” tp kok gak nyampe2, akhirnya kami memutuskan untuk balik ke penginapan lewat jalan aspal, ternyata 2 km itu sepertinya sih hampir 4 km, hehehe lumayan boo, sampai akhirnya kami stop sebentar untuk membeli semangka di pinggir jalan dan langsung makan di situ. Badan rasanya cape banget, tapi karena rombongan yg pergi ini heboh semua, jadi gak kerasa, habis dibawa ketawa-ketiwi melulu.



Setelah semalaman tidur, pagi-pagi kami sudah siap2 buat ngelanjutin perjalanan ke Pantai Cipatujah dan Pantai Karang Tawulan. Pantai Cipatujah sekitar 3 km dari Sindang Kerta. Di pantai ini ada tanda dilarang berenang, karena ombak yg besar juga mungkin ada palung laut. Jadi kami cuma sebentar di sini, numpang sarapan pagi, habis di daerah Sindang Kerta gak nemu warung buat sarapan. Selesai sarapan, perjalanan dilanjutkan ke Pantai Karang Tawulan. Sempat ngebungkus buat makan siang di Karang Tawulan, berdasarkan informasi, di sana cuma ada yg jualan buat makanan & minuman ringan, tp buat makan besar gak ada.

Akhirnya kami lanjutkan perjalanan ke Karang Tawulan, sempat mampir sebentar ke penginapan, ngambil matras Obby yg ketinggalan. Karena jalan yg dilalui mulus banget gak terasa sekitar 1,5 jam, kami sudah sampai di tempat wisata Karang Tawulan. Pemandangan yg menakjubkan menghampar di depan kami, Pantai landai tapi juga ada karang-karang yg tinggi. Hasrat narsispun tersalurkan di sini, baru datang aja udah mulai gaya-gaya di depan kamera. Aku sempat naik ke karang yg lumayan tinggi, kepengen di photo di sana, sempat takut juga sih, tapi hasrat narsis mengalahkan rasa takut..hehehe.

Cuma sebentar di sini, kira2 2 jam gitu d. Kami harus ke Terminal Indiang Tasikmalaya buat mengejar bis yg paling siang tuk pulang ke Jakarta. Jam 16.00 sore akhirnya bis kami berangkat menuju Jakarta. Akhirnya perjalanan yg menyenangkan inipun harus berakhir. Semoga kami dapat pergi bersama-sama lagi di trip yg lain.

Terima kasih buat Dian, Syifa, Anis, Alida, Indah, Di, Emyl, Risda (Tante Autis), Merry, Obby and Endro (“Our Bodyguard”), makasih buat ketawa-ketiwinya, sehingga perjalanan ini begitu berkesan dan menyegarkan.

Detail biaya perjalanan.

Jkt – Singaparna : Bis ekonomi non ac Rp. 31.000/orang

Singaparna – Gn Galunggung-Singaparna : Rp. 100.000 (sewa angkot)

Ojek ke Tangga Gn Galunggung (PP) : Rp. 15.000/orang

Tiket masuk ke Gn. Galunggung : Rp. 4.200/orang

Singaparna – Terminal Indiang Tasik : Rp. 20.000 (sewa angkot)

Tasik – Sindang Kerta : Rp. 20.000/orang (naik Elf)

Sindang Kerta – Cipatujah – Karang Tawulan : Rp. 200.000 (sewa Elf)

Penginapan : Rp. 150.000/ hari

Tasik – Jakarta : Bis AC Rp. 35.000/orang –

Last Updated ( Thursday 03 Jan 2008 )



Pangandaran
Satu tempat yang dulunya dianggap keramat oleh warga setempat, kini malahan jadi sangat populer. Saya nggak tau kenapa nama Cukang Taneuh (Jembatan Tanah), jaraknya sekitar 30an kilometer dari Pangandaran jadi lebih dikenal dengan sebutan Green Canyon; Sungai Cijulang yang airnya jernih berwarna hijau dengan pemandangan tebing-tebing dengan batuan berbentuk unik di hulu sungai. Konon, lokasi eksotis ini ditemukan oleh turis Perancis sekitar tahun 90an.

Long-weekend kali ini, saya dan Nefran jalan-jalan ke Pangandaran dan sekitarnya. Berangkat malam hari dari Depok dengan bus, keesokan paginya kami sudah berada di Pangandaran. Secara kebetulan ternyata ketemu beberapa teman di Pangandaran. Semula kami ketemu Shifa dan Salla di depan Toilet terminal. Dua cewek ini berangkat pada malam hari yang sama dari Terminal Kampung Rambutan. Kami jadi berempat, tapi masih ragu, apakah mau ke Pantai atau langsung ke Green Canyon ? Lalu Nef mengontak Dwi dan Widji yang ternyata juga sudah berada di sini sejak kemarin dan akhirnya janjian ketemu di penginapan mereka. Denni yang berangkat dari Jakarta bareng lima teman lainnya datang pada saat yang bersamaan pula. Sekarang kami jadi bertigabelas orang !

Objek wisata di kawasan Pangandaran bisa dibilang banyak. Ironisnya, akses dengan kendaraan umum sangat terbatas. Jalan aspal menuju lokasi wisata umumnya dalam kondisi rusak. Angkutan yang bisa diandalkan cuma ojeg atau carter kendaraan umum. Karena jumlah kami cukup banyak, patungan untuk sewa kendaraan adalah pilihan yang paling ekonomis. Pagi itu kami pesan mobil carteran untuk jalan-jalan besok. Tujuan utama kami sama; Green Canyon ! sedangkan objek yang lainnya cuma dianggap 'sampingan'

Hari pertama, kami ke Cagar Alam Pananjung dengan nyewa perahu. Seharian waktu dihabiskan di sini. Mengunjungi tempat-tempat; pemandian Dewi Rengganis, situs purbakala 'Batu Kalde' berbentuk 'sapi' peninggalan Hindu 1600 tahun lalu, keluar masuk gua-gua yang dihuni binatang Landak, beberapa teman snorkeling di pantai pasir putih dan makan siang ikan bakar di sini. Sorenya kami kembali ke darat untuk lihat Sunset.

Semula saya dan Nefran memang berniat menghabiskan malam sambil ngopi dan tiduran di warung pinggir pantai. Berbekal sleeping bag dan matras; saya, Nefran, Shifa, dan Salla memilih tidur di atas pasir pantai Pangandaran. Sembilan orang teman kami lainnya menginap di penginapan. Tas Ransel beserta barang berharga dititipkan ke mereka. Kami pilih lokasi di samping perahu parkir dan agak jauh dari warung untuk menghindari keramaian. Tapi sialnya, perahu yang ada di samping kami itu beberapa kali silih berganti ditongkrongin anak-anak muda sambil main gitar hingga mengusik ketenangan. Sempat khawatir juga karena langit kelihatan mendung malam itu, tetapi nyatanya bintang-bintang bermunculan lewat tengah malam. Kami bangun subuh saat masih gelap karena pantai sudah mulai ramai pengunjung yang berolahraga.

Saat Long weekend, kawasan wisata Pangandaran kebanjiran wisatawan. Semua penginapan tampak penuh. Tempat parkir lokasi wisata umumnya dipadati bis-bis besar yang mengangkut rombongan turis. Untuk dapat giliran naik perahu di Green Canyon, kami memegang nomer antrian yang ke-200an. Satu perahu berisi maksimal 6 orang. Harga 70ribu per perahu rasanya terlalu mahal untuk menikmati Green Canyon dalam waktu yang dibatasi cuma sampai 45 menit. Mula-mula kami menyusuri sungai dengan pemandangan yang biasa saja. Pemandangan yang menakjubkan baru terasa saat perahu mulai memasuki gua besar dengan panorama stalaktit dan stalakmit yang spektakuler. Perahu berhenti di dalam gua dan nggak mungkin masuk lebih dalam lagi karena terhalang batu besar dan lorongnya semakin menyempit. Nah, umumnya pengunjung hanya sampai di sini. Mau yang lebih menantang ? Kami sepakat untuk perpanjang waktu dengan menambah biaya 50ribu per perahu. Untuk masuk lebih ke dalam satu-satunya jalan hanya dengan cara berenang menyusuri lorong-lorong bebatuan berbentuk unik. Batu-batuan itu memercikan air seperti shower. Semakin masuk ke dalam, pemandangannya semakin indah. Beberapa tahun sebelumnya saya pernah ke sini, tapi waktu itu airnya berwarna cokelat karena habis hujan dan untuk menghindari air bah, pengunjung gak diijinkan berenang di dalam lorong tebing. Namun, kali ini saya beruntung karena airnya hijau bening dan boleh menjelajah ke dalam lorong.

Masih ada waktu sebelum masa carter angkot berakhir. Kami sempat mengunjungi Pantai Batu Karas, tempat para pehobi selancar dan Cagar Alam Sungai Citumang (dalam Lonely Planet disebut Green Canyon II), sebelum kembali ke Jakarta dengan cara masing-masing.


Pulangnya kami tinggal berempat (saya, Nef, Shifa, dan Salla) menunggu bis di terminal Banjar. Sudah hampir tengah malam, kami belum dapat bis ke Jakarta. Demi menghindari keributan dengan calo-calo terminal dan para tukang tipu, lebih baik kami naik bis ke Bandung dulu, dan sampai di sana pukul 2 dini hari. Sambil menunggu pagi, kami istirahat di ruang tunggu di depan ATM BCA seberang terminal bis Leuwipanjang. Atas ijin Satpam, kesempatan istirahat kami gunakan untuk tidur dengan syarat harus bangun sebelum matahari terbit atau disiram Satpam.



Travel Tips per April 2006;

* Bis Ekonomi Depok/Jakarta ke Pangandaran Rp 40,000 (8 jam) atau pakai rute Jakarta-Tasik/Banjar-Pangandaran
* Sewa Perahu di Pangandaran Rp 200,000/perahu kapasitas 10 orang
* Carter Angkot (Elf) seharian penuh Rp 300,000 kapasitas 17 orang (pastikan waktu pemakaian dan rute-rutenya supaya gak ada charge tambahan)
* Sewa Perahu Green Canyon Rp 70,000 kapasitas 5 orang untuk 45 menit
* Hindari musim liburan demi kenyamanan perjalanan


Sunday, January 4, 2009
Ciwidey, Dari Kawah Putih Ke Situ Patengan
Tulisan ini khusus saya tujukan kepada teman-teman backpacker yang ingin mengunjungi wisata alam Ciwidey. Untuk menuju ke sana banyak wisatawan yang menggunakan kendaraan pribadi (mobil dan sepeda motor). Meskipun demikian anda jangan takut, biarpun letaknya di selatan jauh kota Bandung tetapi untuk menuju kesana anda bisa menempuhnya dengan kendaraan umum. Ada bis dan angkutan pedesaan yang dapat mengantarkan anda dengan biaya yang tidak mahal.

Tepat di pegunungan Patuha dengan ketinggian ±2400mdpl keelokan maha karya sang Maha Kuasa dapat anda nikmati. Rute menuju ke wisata alam Ciwidey anda bisa menempuhnya dari pusat kota Bandung. Dari terminal Leuwipanjang anda bisa naik bis jurusan Bandung-Ciwidey. Biaya angkutan untuk menuju ke sana cukup murah. Anda cukup merogoh isi kantong anda sebesar Rp. 7000 dan turun di terminal Ciwidey. Atau kalau anda suka berdesak-desakkan silahkan naik mobil L300 dengan jurusan yang sama dengan biaya yang sedikit mahal. Anda bisa mengeluarkan biaya Rp 10.000, dengan angkutan ini, namun anda bisa lebih cepat menuju ke Ciwidey.

Setelah sampai di terminal Ciwidey anda bisa mencari angkutan pedesaan jurusan Ciwidey-Situ Patengan. Angkutan ini cukup banyak dan waktu trayeknya hingga sore hari, tetapi saran saya lebih baik anda berangkat pagi hari. Dari terminal Ciwidey anda cukup mengeluarkan ongkos sebesar Rp. 10.000. Cukup murah kan?

Selama perjalan menuju ke Situ Patengan anda akan melewati sejumlah perkebunan strawbery. Untuk menikmatinya buah strawbery anda tidak perlu berhenti, di lokasi wisata banyak di jajakan strawbery dengan kualitas yang beragam. Terserah anda mau memilih kualitas yang mana dengan harga yang sangat terjangkau.

Lokasi wisata pertama yang bisa anda jumpai adalah lokasi wisata Kawah Putih. Menuju lokasi Kawah Putih, dari pintu masuk hingga ke kawah jaraknya sekitar 5 km atau bisa ditempuh sekitar 20 menit. Melalui jalan beraspal yang berkelok-kelok dengan pemandangan hutan tanaman Eucalyptus dan hutan alam dengan aneka ragam species hutan hujan tropis. Khusus untuk para backpacker di pintu masuk sudah disediadakan kendaraan khusus dengan biaya charter sebesar Rp. 100.000 PP. Atau kalau anda mau bersabar maka anda harus menunggu hingga kendaraan ini penuh dengan penumpang yang kapasitasnya 14 orang dengan biaya Rp. 8000 PP.


Selain bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan, dapat pula ditempuh dengan berjalan kaki atau lintas jalan kaki sejauh 7 km dari objek wisata alam Punceuling, melalui jalan setapak hutan alam. Meski perjalanan agak melelahkan, namun di sepanjang perjalanan akan terhibur dengan suasana hutan alam dan udara segar dan bersih. Bagi petualang, jalur ini menjadi alternatif yang cukup menantang hingga mencapai objek wisata kawah.

Selain lokasi wisata Kawah Putih anda bisa mengunjungi lokasi wisata yang lain dengan arah yang sejalur. Dari Kawah Putih menuju Situ Patengan anda akan menemui beberapa lokasi wisata, diantaranya pemandian air panas Ciwalini, bumi perkemahan Ranca Upas, Perkebunan Teh Ranca Bali dan yang terakhir adalah Situ Patengan.
Situ Patengan atau yang lebih populer di dengar orang dengan nama Situ Patenggang merupakan suatu legenda romantis di zaman dahulu kala. Setelah memasuki gerbang Situ Patengan, kita akan melewati perkebunan teh yang menghijau. Dan tidak jauh kedepan, kita akan melihat hamparan air yang sangat banyak dengan keindahan alam yang menawan. Kesegaran dan kesejukan menambah kenyamanan kita di area wisata Situ Patengan.


Rasa lelah yang dirasakan pada saat melakukan perjalanan ke lokasi wisata ini senantiasa akan hilang begitu sampai ke lokasi wisata Situ Patengan. Hamparan air yang luas, dengan sentuhan kabut tipis yang menggantung diatasnya, menambah indahnya suasana Situ (danau). Dengan melihat tenangnya air danau, segarnya udara yang kita hirup, dan sejuknya suasana danau akan membuat kita merasa damai dan bisa melupakan sejenak kepenatan dan stress yang sedang dihadapi.

Selain bisa menikmati pemandangan dari pinggir danau, kita juga bisa menyewa perahu untuk mengelilingi danau, terutama mengunjungi pulau yang menjadi pelengkap legenda Situ Patengan. Pulau Asmara dan Batu Cinta merupakan lokasi yang menjadi tujuan para wisatawan. Konon menurut ceritanya, siapapun yang singgah ke Batu Cinta dan mengelilingi Pulau Asmara maka akan mendapatkan cinta yang abadi. Hal inilah yang mungkin menjadikan Batu Cinta dan Pulau Asmara menjadi tempat yang membuat wisatawan menjadi penasaran.

Demikian tulisan dari saya, semoga bermanfaat dan selamat berkunjung!

Baca sharing ini, jadi ingat masa perjuangan dulu disaat belum ada Rahman he..he.. Semoga suatu saat ada waktu untuk nulis ceritaku sendiri :)

Saya sudah menulis di beberapa thread, tapi umumnya case per case. Saya gabungkan saja tulisan-tulisan tersebut, dan juga mungkin saya pernah janji untuk sharing di thread lain, namun terlewat.

Setelah menikah 10 tahun, akhirnya istri saya hamil dan tanggal 4 September 2007 lahirlah baby-girl kami. Banyak hal yang telah kami jalani dan alami. Saya ingin berbagi pengalaman ini kepada pasangan-pasangan yang sedang berusaha atau siapa saja yang memerlukan.

Saya bagi pengalaman ini menjadi 3 aspek, pertama aspek terapi (baik medis non medis), kedua aspek pskikologis/emosional, dan ketiga aspek spiritual. Ternyata ada keterkaitan yang kuat diantara ketiga aspek tersebut. Jika ingin bertanya, memberi komentar, silakan saja. Saya mulai saja, semoga bermanfaat.

part 1.1
Kami menikah pada bulan Maret 1997. Pada bulan keempat, karena belum hamil dan juga untuk antisipasi karena saya sudah 29 th dan istri 28th, kami konsultasi ke dokter Hanny Sumampouw, SpOG. Ketika istri diperiksa ada peradangan sehingga ada yang perlu diterapi (dibersihkan). Kalau tidak salah istilahnya `dikoter` (sorry agak lupa, sdh lama banget). Karena jika tidak, akan sulit hamil. Hanya beberapa bulan sudah sembuh, namun belum hamil juga. Saat itu kami masih tenang-tenang saja, karena banyak kegiatan kami yang mungkin membuat capek. Disamping istri sedang terapi, saya sedang mengikuti sekolah lanjutan di sore/malam hari setelah kerja, sedang renovasi dan kemudian persiapan pindah ke rumah baru, dsb.

Psikologis dan support pasangan
Beberapa bulan pernikahan kami, saya bertemu rekan sekerja, namanya Sammy Lango. Sengaja saya sebutkan namanya karena saya ingin sekali bertemu, ingin mengucapkan rterima kasih kepadanya. Dia berkata bahwa kalau istri belum hamil jangan sekali-kali salahkan istri atau beri beban istri, tapi berikan support dan jaga perasaannya. Dan, ingat katanya, yang ’buat anak’adalah berdua, jadi masing-masing sahamnya 50%, tidak ada yang dominan. Wah kayak saham perusahaan aja, biar gak serius amat bacanya, he... he... Tapi apa yg dia katakan tsb benar adanya. Katanya juga, suami jangan egois, juga harus mau diperiksa, mungkin masalah ada di suami. Saya ingin mengatakan hal ini kepada sesama suami karena banyak sekali yang tidak atau kurang support terhadap masalah ini

Part 1.2
Suami periksa
Menjelang setahun menikah (’98), sekalian istri kontrol dan hasilnya sudah bagus, saya minta dan kemudian diperiksa oleh dokter Hanny. Memang keadaan saya (sperma) tidak excellent, tapi kata dokter cukup baik. Mungkin pada saat itu kami dari luar kota, letih, periksa tidak di lab tapi di rumah Sperma dibawa ke lab, tergesa-gesa, dsb, (maklum belum berpengalaman). Ketika saya periksa lagi lansgung di lab dengan kondisi yg lebih relax ternyata hasilnya baik/excellent. Kata dokter kami sudah ’curi start’. Biasanya untuk pasangan infertil, baru periksa dan berobat setelah 1 tahun pernikahan belum hamil. Namun tepat setahun pernikahan, kami berdua sudah dalam keadaan baik.. Disamping itu sekolah saya sudah selesai, dan kami sudah menempati rumah sendiri. Sehingga kami beranggapan semua masalah sudah teratasi. Saat ini Dr. Hanny sudah meninggal dunia. Semoga arwahnya diterim Allah SWT.

Berobat ke Bp. Iwan Komar.
Setelah secara medis dinyatakan sehat dan istri belum hamil, kami mencoba terapi lain, dengan Pak Iwan Komar. Beliau ahli shiatsu (pijat) dan mengatakan kandungan istri saya miring. Penyebab bisa macam-macam, mungkin fisik (pernah jatuh, dll), atau juga psikis (stress, capek, dll). Setelah dipijat dua kali, sudah dinyatakan baik. Ketika saya minta diperiksa, beliau minta hasil medis saya, dan katanya tidak ada masalah. Ternyata beliau seorang dokter kandungan juga, sehingga kami makin yakin.
Terakhir kami periksa, istri saya tidak dipijat lagi krn sdh sembuh. Ketika diraba perutnya, diperkirakan berhasil. Ada nasihat yg bagus sekali sebelum kami pulang bhw jngn terlalu berharap/gembira dahulu agar tidak kecewa. Ternyata benar juga. Pagi-pagi sebelum kami ke dokter, istri mens. Ia sangat ’down’ meskipun sdh ada nasihat. Hari itu HUT saya. Saya undang saja teman2 lunch–rumah tidak jauh dari kantor- dia masak & setuju, alhamdulillah agak terobati. Sebelumnya sy info mereka tdk usah tanya2 soal kehamilan & sedikit saya jelaskan kejadian itu

Fifi,
Terima kasih atas ucapan & perhatiannya. Dokter saya Dr. Wachyu beri pandangan sebenarnya jika kehamilan normal diman RS Bunda atau YPK sama saja.
Berhubung ini hamil pertama kali dan sudah lama penantiannya disarankan utk di RS Bunda karena Peralatan/Fasilitas utk pasca kelahiran lebih lengkap seperti Neonatal Intensive Care Unit (utk bayi baru lahir). Disamping itu (ini non teknis, pendapat saya saja) lokasi dan tempat parkir di Bunda lebih comfortable. Kebetulan keluarga inti kami, khususnya istri semuanya di luar kota (Surabaya). jadi hampir seluruh kegitan kami kerjakan sendiri. Sehingga segala resiko (termasuk non teknis) kami minimalkan.

Utk Diena, mau sih saya tulis semua tapi utk posting di weddingku ini ada pembatasan karakter tiap posting. Sering saya mau kirim, ada warning terlalu panjang. Jadinya harus dipotong-potong, agar gak bosan juga bacanya. Biar runur saya pakai `part ..` Dan agak-agak penasaran gitu kan bacanya, ha ... ha.... (biar gak terlalu serius nih ...). Disamping itu komentar dari yg lainnya juga lebih fokus pada posting terakhir. Semua sudah saya tulis jadi akan tuntas di thread ini. Saya juga senang ada komentar2 seperti ini. Saya juga sdg cari alamat Pak Iwan ini. Terakhir kami periksa 9 tahun yang lalu (wuih lama banget) di jalan Karang Tengah (menuju Cinere). Coba saya cari lagi ya ....

Lely,
Sepertinya Pak Iwan Komar tidak praktek di JOG. Banyak juga yg tanya diman sekarang, akan saya cari lagi. Kalau suami mau baca gampang aja. Diblok postingnya, dicopy, paste ke word, dirapikan dikit (rata kanan, etc) jadi deh ... Utk pengobatan terakhir akan saya jelaskan.

Stania,
Tentu dong saya masih ingat. Tinggalnyanya pun saya ingat, di Jayapura kan ... Jangan stress sama mertua. Bagaimanpun dia orang tua kita. Tunjukkan bhw meskipun belum ada anak kita bisa lakukan hal-hal yang bermanfaat. kalau sudah ASA di bawah 500, Insya Allah sudah mendekati normal bisa cepat hamil. Untuk Nels, Annie, dan semua, Terima kasih atas ucapan selamatnya. Saya hanya ingin berbagi smg menjadi inspirasi. Bisa dijadikan contoh jika baik, jika jelek ditinggalkan. Juga utk merubah paradigma ttg "baby program" ini dimana seharusnya dipikul bersama sesuai porsi masing-masing. Saya beri nama pertama : Hana. Dlm bahasa Arab artinya berkah/rahmat. Dalam bhs Spanyol, Hawaii, Slavic, Jepang bisa kebahagiaan/keceriaan/bunga. Sengaja saya beri nama yg artinya baik/sesuai, tapi agak `global` agar dia nanti mudah kemana-mana. Juga simpel ejaannya agar tidak kesulitan waktu beritahu orang, isi formulir, dll. Lanjutan cerita pasti akan terus sampai tuntas. Jika ada comment di tengah jalan, pls feel free. Good luck for all.

Part 1.3.
Berobat, terapi Dr. Harun Harahap. Setelah beberapa bulan belum hamil juga, kami sepakat untuk kembali ke medis (akhir ’98). Setelah cari informasi kami ke Dr. Harun Harahap di RS Eva Sari Rawamangun. Terapi yang harus dilalui, dari mulai
1.Hidrotubasi (ditiup),
2.HSG (dialiri cairan),
3.di’bestral’, (diathermi/dipanaskan)
4.inseminasi.
Semua hasilnya baik (paten). Di samping itu tiap pagi harus ukur suhu tubuh, dibuat grafik, utk mengetahui masa subur, kapan harus berhubugan, dll. Pernah saya buru2 pergi dr kantor, bilangnya sih mau berobat ke dokter padahal siang/sore itu harus ’coitus’ sesuai jadwal. Kami sering tertawa jika ingat masa-masa itu, apalagi masih ’muda’ bo ... Eh sekarang juga masih muda juga kok, he.... he.... Dan belum berhasil. Mungkin pake ada acara bohong segala ya ...Saya jg selalu minta diperiksa krna nasihat kawan saya tersebut benar lekat di benak say. Terapi di atas juga tdk satu kali saja, sampai beberapa kali. Jika teringat hal ini saya sedih, krn begitu banyak terapi yg harus dilalui istri.
Suatu saat, krn sy sdng dinas ke luar kota, dia harus kontrol & datang/nyetir sendiri, dan saat itu juga langsung menjalani HSG. Saya baru mengetahui setelah saya telepon dia. Dan lagi baru malam harinya saya baru telepon karena acara tidak kunjung selesai. Seharusnya saya langsung telepon untuk berikan support atau kasih saran, padahal ada HP, tapi saya menunggu sampai acara selesai dan baru telepon ketika sdh msk kamar hotel. Alangkan egoisnya saya. Sejak saat itu sy lebih berhati-hati jika waktunya kontrol ke dokter. Ketika belum berhasil hamil juga, & dokter juga menyatakan tidak ada masalah, akhirnya kami minta ijin cuti dokter & dokter mengijinkan atau dokter yang suruh kami cuti, sorry agak lupa. Mungkin dg demikian kami akan relax, tidak ’dikejar target, & berhasil. Hampir setahun, kami kontrol lagi, tapi alangkah terkejutnya kami ketika mendaftar, ternyata Dr. Harun telah meninggal dunia. Semoga arwah beliau diterima di sisi Allah SWT.

Lely,
Nama lengkap baby girl saya jelaskan di cerita waktu kelahiran saja. Tri Novi, Wah namanya depan = nama saya nih. Terima kasih atas perhatiannya thd cerita saya. Apa yg anda telah lakukan sama dg apa yg kami lakukan juga. Hanya bayi tabung yg tidak, karena menurut dokter memang tidak perlu. Cerita akan saya selesaikan.

Diah,
Jika akan konsultasi dengan dokter saya (dr. Wachyu Hadisaputra) silakan saja. DI cerita saya jelaskan juga detail masalah-masalah dan solusinya termasuk masalah biaya

Part 1.4.
Terapi lain.
Di sela-sela pengobatan medis, banyak terapi lain yang kami lakukan, antara lain :
1. Dari pijat oleh ibu-ibu setengah baya atau sudah tua, Ada juga ibu lain yang menerapkan terapi unik. Setiap pijat, kami berdua diluluri untuk membersihkan tubuh sehingga seperti layaknya pengantin baru. Mula-mula saya agak ’risih’. Lama2 enak juga tubuh jadi bersih, wajah berseri-seri, serasa 10 tahun lebih muda, suasana seperti saat honeymoon terus (siap tempur terus, he ... he....). Begitu kami dielaskan tujuannya. Sekarang lagi trend yg namanya `spa`. Mungkin yg kami lakukan jaman itu adalah `spa` meskipun spa rumahan, ha ... ha.2. Kami juga melakukan tusuk jarum, bahkan sampai dua kali. Pertama ke Bp. Hembing di daerah Karang Tengan/Bona Indah. Kedua ke Bp. Andi di daerah Matraman.
3.Kami juga makan makanan yang disarankan dari pucuk kurma, toge, dsb.
4.Kami juga ke ’orang pintar`. Memang hal ini tidak bisa diterima semua orang. Namun prinsip kami yg penting tidak `syirik` (menyekutukan Allah). Mereka juga memberikan bimbingan serta doa-doa yang menetramkan.
Terapi ini sering tempatnya jauh sehingga memerlukan waktu dan tenaga ekstra. Kami punya tips, agar tetap semangat. Kami selalu cari `sesuatu` atau hal lain yg menyenangkan ketika akan berobat. Hal ini secara tidak sengaja kami dapatkan dari teman kami yang tahu makanan-makanan di rumah sakit. Mula-mula saya pikir berobat kok cari makanan. Tapi setelah dipikir-pikir benar juga agar tidak bosan/jenuh. Misalnya ketika pijat ke Ibu Syahbani di Bogor kami menemukan warung makan sederhana enak banget, tapi murah. Jadi selain berobat, karena akan makan siang di situ, jadinya tetap semangat.

Part 2.1
Biaya
Biaya adalah satu hal yg mnjdi masalah shg terapi tdk berlanjut. Saya jg mengalami kesulitan ini, krn tdk mengira wkt utk terapi ini akan mnjd sngt lama & tdk ada penggantian dri kantor krn km memilih sendiri dokterrnya. Saya ingin membagi tipsnya demikian. Meskipun blm ada anak, tp mind-set (paradigma) saya adlh punya anak. Sering sy bayangkan dia akan seperti apa, wajahnya, perilakunya, dsb. Saya pernah dengar suatu teori utk menulismemvisualisasikan visi kita agar selalu menancap di benak kita berusaha tk mewujudkan.
Termasuk dlm hal ini biayanya. Jk punya bayi pasti ada biaya di depan mata, spt susu, baju/popok, dll. Dana krn belum terpakai, saya sisihkan tiap bulan. Misal gaji 3jt. Biaya jika punya anak (mis 10%)=300 ribu, Dana ini adalah ‘hak’ anak kami, tp sementara ini digunakan utk mewujudkan ‘anak’ kami ini. Jika berobat, maka habislah uang itu. Misal tdk berobat krn sesuatu hal slm 4 bln (jenuh, berhalangan, dsb), maka akan ada 4 x 300 ribu = 1,2 jt. Dana ini cukup utk yg perlu biaya besar, mis cek darah, inseminasi, dll. Cara ini cukup berhasil. Disiplin & konsistensi menjadi kunci. Bisa dibuat rekening sendiri utk ini, langsung dipotong dr bank penerima gaji. Yah kita semua tahu jika sudah masuk dompet, cepet banget tuh duit habis, bener nggak ? he ... he...Tapi yg lebih penting lagi adalah `mind-set`. Saya tanamkan pd diri saya bhw uang itu adlh ’hak’ anak saya. Jk saya pakai, saya ibaratkan seperti tidak memberikan susu selama 1 bulan. Alangkah jahatnya saya jika melakukan hal itu. Awalnya berat sekali. Dan saya kadang melakukan juga hal `jahat` itu. Saya ’beperang’ melawan diri sendiri. Seperti hadits Nabi : ”Perang yang paling berat adalah perang melawan (hawa nafsu) sendiri”. Lama kelamaan berhasil jg. Seiring dengan berjalannya waktu krna meningkatnya gaji, meskipun prosentase tetap, tp jmlh dana semakin bertambah. Terlebih jk ada perioda dimana dana tsb tdk kami gunakan (tdk kontrol dr), jmlh akan bertambah lebih besar lagi.

Part 2.2
Keluarga
Alhamdulillah, kami bersyukur keluarga kami, khususnya orang tua sangat mendukung aspek psikologis kami. Baik ortu maupun mertua tidak pernah memberikan beban. Mereka hanya tanya jk kami jelaskan. Kalaupun ada usul-usul ttg terapi selalu disampaikan dengan hati-hati. Bahkan pernah km ditawarkan utk terapi di luar negeri dg biaya yg akan dipikul bersama-sama seluruh keluarga. Tapi belum kami lakukan krn kami sdg lakukan terapi kami. Kami pernah dpt saran dr teman kami mungkin kami pernah melakukan kesalahan kpd ortu kami yg belum kami mintakan maaf. Keridlaan Allah tergantung keridlaan orang tua. Temannya melakukan hal itu berhasil punya anak. Hal ini kami lakukan jg. Agar tidak mereka tidak kaget kami drluar kota tiba-tiba datang minta maaf, kami sampaikan pd wkt mudik Idhul Fitri. Kami msh ingat sekali tlh membuat mereka terharu. tidak ada kesalahan kami yang menyakitkan hati mereka dan belum dimaafkan. Syukurlah jika demikian. Kegiatan istri. Sejak menikah istri saya sudah banyak berkorban soal karir. Sesuai dengan background studynya, dia sudah memutuskan utk tdk bekerja di Deplu karena pasti akan ’berpisah’ dg saya jika ditempatkan di luar negeri (dia tahu saya, suami tidak mungkin ’ikut’ dia), meskipun perusahaan tempat sy bekerja juga mempunyai banyak cabang di luar negeri. Kami sepakat utk memisahkan urusan kedinasan & personal. Sjk sulit hamil, dia berkorban lagi tidak bekerja fulltime agar bisa konsentrasi ke masalah ini. Sebenarnya bnyk bisnis yg bs dikerjakan di lingkungan kami. Sy ingin dia punya aktifitas seperti itu. Tapi dia merasa tidak berbakat di bidang bisnis/marketing, pokoknya yang berbau jualan. Saat2 adalah saat yg berat bagi dia. Sendiri di rumah, ekspetasi yang besar untuk hamil. Kalau sy sih bisa melupakan sejenak masalah itu dg setiap hari ke kantor, sy jg tipe yang aktif baik di organisasi & olah raga. Dia, meskipun banyak temannya tp tdk terlalu aktif. Apalagi jika kumpul-kumpul yg tidak ada manfaatnya (gosip, dsb).

Part 2.3
Banyak orang berkata (tanpa bermaksud menyombongkan diri) rumah tangga (RT) kami harmonis. Kami ditanya, pernah nggak sih bertengkar ? Namanya RT tentu saja pernah, tapi tidak hal yang prinsip. Untuk masalah ’baby program’ biasanya begini. Setelah dari dokter pasti ditentukan kapan masa subur, dan kapan sebaiknya berhubungan. Maunya dia saya diam di rumah, aktifitas lain ditinggalkan. Saya berpendapat sama, tapi tidak semua nda olah raga sebaiknya tetap dijalankan. Dalam hal ini kami belum senada. Jadi waktu saya pulang dia masih agak ngambek. Mungkin dia selama ini sudah bekorban macam2, jadi maunya saya juga. Saya belum memahami benar kondisinya. Dia sendiri di rumah. Istri saya anak paling kecil. Ortu dan semua kakaknya tinggal di luar kota (Surabaya). Kadang hal ini sampai berlarut-larut. Sampai pada suatu saat kami berbicara berdua untuk saling memahami dan kesimpulannya ”Kami berdua dalam keadaan baik-baik saja sulit punya anak, apalagi pakai acara berantem, kapan mau jadinya?”. Sejak saat itu setiap ada masalah tidak akan berlarut-larut, secepat mungkin diselesaikan. Kami mulai mengambil hikmah. Belum punya anak tidak menjadikan RT kami goyah, tapi malah makin intim (sengaja pakai istilah ini agar tepat menggambarkan suasananya, he .... he....) Ketika kuliah dia belajar Bahasa Mandarin. Berhubung sudah ada basic maka dia kursus lagi. Waktu intensif terapi kami panggil guru ke rumah. Selanjutnya dia lebih suka datang ke tempat kursus. Istri saya, kata banyak orang (saya juga, abis suaminya he ... he....) cantik, berkulit putih. Meskipun Jawa asli, tapi berwajah oriental. Jadi klop sudah.
Tahun 2001 setelah bicara dengan saya, dia putuskan untuk belajar serius dengan kuliah lagi di Sastra Cina. Agar cepat selesai dan segera diimplementasikan, sengaja ambil D3.

part 2.4
Bayangkan teman-temannya 15 tahun lebih muda. Dosennya pun lebih muda dari dia. Untungnya dia juga berwajah dan berpenampilan muda. Suasana RT kami berubah. Dia punya kesibukan rutinitas yg sesuai dg keinginannya. Tidak ada gosip yg ngomongin RT orang lain. Abis temannya ABG semua. Dia jadi ’ibu’-nya anak2. Jk akan dinas ke luar kota, sy jg tdk kepikiran lagi. Teman2nya akan berebut utk menginap di rumah. Bahkan ada yg selalu tanya, kapan sy ke luar kota lagi. Ortu mereka jg pada setuju. Saya jg jadi tahu bahasa gaul. Kata-kata seperti ”jaim”, ”TP”, ”Ilfeel”, ”CiLeBeK” sudah saya ketahui sebelum ’ngetop’, he ... he ... he... Saya melihat dg kegiatan ini bnyk manfaatnya. Naluri ’keibuan’ mulai muncul dg adanya anak2 itu. Dia banyak diminta saran-saran. Dan yang paling sering apalagi kalau bkn soal percowokan. Tahun 2004 dia lulus. Dia pilih mengajar privat. Agak banyak muridnya. Dari anak-anak SD, orang bekerja, sampai orang Cina (dari Beijing) yang belajar Bahasa Inggris sama dia tapi pengantarnya Bhs Mandarin. Akhirnya dia lebih konsentrasi utk mengajar privat anak-anak SD & hanya di sekitar rumah agar waktu flexible & tidak capek krn kami ada ’baby program’. Dia lebih suka dtng ke rumah muridnya krn kalau datang ke rumah kami khawatir terganggu urusan pribadi (ada tamu, telpon, dsb). Tapi ada satu ibu yg ingin anaknya ke rumah kami agar anak itu bisa lebih ’berani’. Jd saya sering lihat dia mengajar. Saya bersyukur sekali. Allah SWT memberikan hikmahnya. Naluri keibuannya pun muncul lagi. Mengajar anak SD tentu lain dg mengajar orang dewasa karena ada unsur ’mendidik’ yang lebih besar. Kadang baru datang sudah ngambek krn abis diomelin mamanya shg harus dirayu-rayu dulu. Kadang datang lebih cepat krn mau nonton TV (di rumahnya pas dilarang). Kadang istri saya yang ngambek karena dia bandel. Yah seperti hubungan ibu dan anak. Apalagi dari usianya saya bayangkan jika kami menikah dan langsung punya anak, maka usianya +/- seperti dia. Wah jadi agak ’melo’ nih ........



Morgan,
Thanks ya sudah ngikutin cerita saya yang mungkin bertele-tele. Seperti saya jelaskan di awal tulisan, ada beberapa hal yg berperan dalam hal baby program ini. Sengaja saya tulis ‘baby program’ karena selama kehamilan dan kelahiran bayi ada hal-hal yg ingin saya share juga. Yaitu aspek medis dan non medis, aspek psikologis/emosional, dan aspek spiritual. Yang sering dibahas termasuk di forum diskusi ini adalah faktor medis. Saya coba lengkapi dengan pengalaman kami. Ada pasangan yang kesulitan biaya, maka saya tulis soal biaya. Ada yg suaminya tidak mau periksa, saya coba jelaskan. Ada pasangan yang minder tidak mau kumpul2 dengan keluarga krn tidak kunjung ada anak, saya coba ceritakan pengalaman kami sehingga dapat tetap dapat ’berdiri tegak’ (tanpa harus arogan) dan tetap dapat silaturahmi. Intinya belum punya anak "it’s not the end of the world". Mungkin masalah medis yang jadi inti permasalahan bagi Morgan atau masalah lainnya tetap akan saya tulis semua. Sebentar lagi juga tuntas, sambil penasaran dikit2 kan asyik, he ... he... Thanks again for your kind attention.

Cinta, namanya bagus sekali. Meskipun belum punya anak, keluarga harus tetap penuh dengan `cinta`. Saya ceritakan kegiatan istri yg panjang lebar karena dengan kegiatan itu akan membuat percaya dirinya tumbuh, bisa memberikan nilai tambah bagi dirinya. Kami juga mengalami apa yg Cinta alami. Kami, terutama saya juga keluarga besar.

Tapi inti dari semua ini adalah bersyukur terhadap apa yg kami miliki. Pernah rekan kantor saya berkata bhw dia `iri` dg kami. Katanya, meskipun belum punya anak tapi kok selalu kelihatan mesra, harmonis. Dan dia (teman saya) belum menikah. Tambahnya lagi punya pacar aja belum, padahal umur makin bertambah, jadi kayaknya jalannya msh jauh banget. Tuh kan ada yg merasa `kurang` dari kita ... Kami juga lebih berhati-hati dalam berkata-kata, misalnya tidak mengolok-olok teman atau keluarga yg masih `jomblo`, karena kemungkinan besar itu bukan mau dia juga. Pokoknya perilaku kami jadi lebih baik, dan biarkan orang menilainya. Bersyukur dengan ibadah. Ibadah khusus dg Sang Pencipta sesuai dengan agama masing-masing. Tapi yg universal, kami punya prinsip membantu keluarga atau orang lain. Tentunya dg ikhlas. Membantu apapun. Tidak hrs finansial, tapi dg perhatian, kasih sayang, dsb. Kita pasti diberi kelebihan oleh Allah SWT. Krn belum ada anak, kami punya `waktu` lebih, bahkan sering sekali menghadiri dan mewakili undangan keluarga. Pernah suatu saat, salah satu anggota keluarga saya memeluk kami berdua. Dia menangis, terharu, berkata dia bangga thd kami. Mau meluangkan wkt utk hal-hal sosial. Bahkan dia mengur anggota keluarga lain yg msh saja membanding-bandingkan dg yg lain meskipun hal itu tidak kami minta. Cerita masih beberapa part. maklum 10 tahun. Tapi tidak panjang kok. Jika diikuti pasti akan tahu esensi dari semua itu.Life is too short to worry. Why worry?

Part 3.1
T 2001 (tahun ke-4) krn dr kami (dr. Harun Harahap) meninggal dunia, kami mencari dokter pengganti. Saya bebaskan istri utk mencari agar pd wkt periksa dia tdk beban/stress. Katanya klu bisa cari dr yg tidak ’periksa dalam’ krn slm ini jika akan diperiksa dalam selalu stress. Akhirnya kami memilih Nugroho Kampono, SPOG. Beliau selalu periksa pakai USG, tidak periksa dalam. Disamping itu orangnya sudah senior, sabar, kebapakan, dan komunikatif. Ada step2nya , namun setelah melihat Medical Record kami, hampir semua sudah dilakukan. Akhirnya istri periksa hormon. Ternyata hormon prolaktin tinggi (kalau tidak salah 36, normal max 29). Kami senang sekali karena berpikir masalahnya sudah diketahui. Diberi obat, dalam 2 bulan sudah turun jauh sekali (5). Dr & kami optimis sekali akan hamil dlm wkt dekat. Sayapun minta diperiksa, dan hasilnya juga baik. Setelah hormon prolaktin normal, tetap saja kehamilan itu belum muncul. Setiap bulan kami periksa, sampai-sampai hapal benar obat yang diberikan seperti Profetil, Dalfarol, Tribestan, Parlodel, dll. apotik mana aja juga harganya, karena pasti cari yang paling murah, he … he….Tahun 2002 kami tidak ke dokter sama sekali karena dokter tidak menemukan hal lain. Kami coba cara lain (part 1.4). Istri saya juga punya kesibukan rutin (kuliah), sedang seru-serunya, dia juga enjoy banget ketemu ’adik-adiknya’.
Tahun 2003 kami dapat pergi Haji. Kami bersyukur sekali mendapat berkah ini. Bayangkan saja, kami mendaftar 2 minggu sebelum berangkat. Sangat mendadak dan dengan biaya yg jauh lebih murah dari reguler. Tentu saja kami terima dan tidak perlu repot pikirkan rumah, tinggal anak, dsb karena mamang baru kami berdua. Selalu ada hikmah dalam setiap peristiwa. Tahun 2003 ini kami ke dr. Nugroho lagi. Hanya 1 terapi yg dilakukan, lagi2 Hydrotubasi, untuk memastikan apakah perlu ke langkah selanjutnya misalnya bayi tabung. Hasilnya bagus (paten), tidak ada masalah, tapi tetap belum hamil juga.

Agil, usia saya sekarang hampir 40 tahun (sengaja ditulis `hampir` biar gak kelihatan tua-tua banget, he .... he,,,). Istri saya 39 tahun. Saya juga tidak sering-sering banget ke SpOG. Ada masanya jenuh, capek, atau cari altenatif lain, dsb. Karena cerita saya 10th, kelihatanya sering. Tapi aspek medis tetap harus siperhitungkan. Kalau baca cerita saya, ada cara kami mengatasi masalah biaya ini (part 2.1). Kuncinya `mind-set`, displin, konsisten. Good luck.

Part 3.2
Th 2004 kami ke dokter hanya sesekali jika di rasa ada gangguan. Th 2005, (th ke-8 pernikahan kami), tahun kritis, bagi kami. Saya ingat sekali kejadian ini karena hal ini akan mengubah segalanya. Dr Nugroho memandang kami berdua, menyatakan semua terapi sudah dilakukan, kami berdua sudah tidak ada masalah, semua sudah dilakukan, dan agar lebih banyak berdoa. Tidak ada terapi lagi. Banyak hal berkecamuk di dalam hati kami. Kami merasa dokter sudah `give up`, rencana untuk ganti dokter, stop berobat, dll. Saya sbg kepala keluarga harus mengambil inisiatif. Suatu malam saya ingin berbicara dg istri tentang rencana selanjutnya, apakah :
1.Kami terus berobat, dan sampai kapan
2.Apakah akan ganti dokter, siapa, dimana, dll
3.Dan kemungkinan TERJELEK kami tidak punya anak, maka kami akan mengambil/adopsi anak, dsb
Di sini aspek spiritual sangat berperan. Sengaja saya memakai istilah spiritual (bukan religius) karena bersifat universal, tidak tergantung pada agama tertentu.

Tapi rencana saya itu tidak pernah terwujud. Ketika kata ’TERJELEK’ muncul di benak saya, saya diingatkan oleh Allah SWT. Mungkin belum saatnya kami punya anak, bahkan mungkin menurut Allah SWT tidak punya anak saat ini adalah hal yang ’TERBAIK’ bagi kami, meskipun kami tetap mengharapkannya. Mungkin anak kami baru diberikan di akhirat kelak. Hanya Allah SWT yang mengetahui hal yang terbaik bagi kami. Jadi doa kami selama ini yang to the point, menginginkan anak, kami ubah/tambahkan sedikit sehingga menjadi : "Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui. Jika ini kehendak-Mu dan menurut Engkau mempunyai keturunan memang -TERBAIK- bagi kami, berilah kami keturunan. Amin"
Ketika kami ceritakan hal ini kepada orang yang mengerti ttg agama, dikatakan bahwa itulah saat itulah kami benar-benar pasrah kpd Yang Maha Kuasa. Mungkin selama ini kami hanya pasrah di bibir dan pikiran saja, belum seluruh jiwa kami.

Wah rupanya banyak juga yang baca ya ... Saya hargai komentar teman-teman, karena bisa jadi tambahan krn mungkin di cerita saya ada yg kurang lengkap.

Nels, penasaran boleh tapi jangan sampai `mati` penasaran. Kasihan baby-nya. Congrats atas kehamilan. Semoga lancar sampai kelahiran. Sebenarnya saya tidak bermaksud bikin penasaran tapi maksud saya bikin `penasaran banget`, he .... he.... biar gak serius amat bacanya. Kadang editing agak lama krn saya ingin `esensi` dapat dipahami dan kadang yg sdh saya siapkan terlalu panjang shg `ditolak` wkt mau posting.

Tie, I`m sorry to hear that. Yg tabah ya ... Allah selalu memberi kepercayaan kpd kita tapi waktunya hanya Dia yg tahu. Doa itu akhirnya tdk hanya untuk baby program, tapi utk semua permohohan kami. Ikuti aja terus ceritanya akan tahu the power of pasrah.

Eka, terima kasih dan salut juga dong utk istri saya ... Dia partner terbaik saya. Ketika saya akan berbicara ttg rencana2, saya hati-hati sekali, krn dia agak sensitif utk hal2 tertentu. Saya khawatir dia salah pengertian saya mau cari lain, kan gawat.

Part 3.3
Pertengahan tahun 2005 saudara sepupu saya, perempuan, ibunya meninggal dunia shg menjadi yatim piatu. Ayahnya sdh lama sekali meninggal dunia, demikian pula saudara kandungnya. Adik/kakak ipar juga tidak punya. Benar-benar sebatang kara. Dia sakit kejiwaaan (scizophrenia), shg hrs dirawat di rumah sakit. Berhubung kami yg punya `waktu luang`, kami dapat mengurus utk cari dokter, bawa ke rumah sakit, konsultasi ke dokter bersama dg anggota keluarga lain. Kami berterima kasih kepada Prof. Prayitno yang telah merawat dia dengan penuh perhatian. Yang unik adalah usianya lebih tua dari saya. Jika saya dan istri, atau saudara lain jenguk , banyak yang bingung kenapa tidak ada orang tua/wali. Ketika kami jelaskan baru mereka mengerti. Sampai sekarang dia masih dirawat di rumah sakit.
Tahun 2005 saya pindah bagian di kantor dimana bagian tersebut terlibat dalam kegiatan sosial. Saya harus ke Aceh untuk memberikan sekedar bantuan kepada anak-anak yatim piatu korban tsunami. Sebenarnya bukan saya yang harus pergi. Namun karena personil lain sedang cuti karena liburan sekolah anak-anak, sehingga hanya saya yang available. Selalu ada hikmah dalam setiap peristiwa. Saya mengunjungi anak-anak yatim piatu yang dikelola sepasang suami istri, Pak Mirdas & Bu Draga. Sengaja sy sebutkan namanya, krn pandangan mereka merubah hidup saya. Kami saling cerita dan ternyata mereka juga belum punya anak. Bahkan kalau tidak salah karena sesuatu hal, kecil kemungkinannya atau tidak dapat sama sekali. Dalam suatu percakapan saya dapat informasi bahwa mereka akan mengangkat salah satu dari anak-anak yatim piatu menjadi anaknya. Ketika saya tanyakan mereka membenarkan, namun katanya, mereka masih memikirkan satu hal. Saya kira pertimbangan mereka seperti saya, mungkin perlu cari anak yang tepat, latar belakang keluarga anak tersebut, aspek legal, dsb.

Part 3.4
Namun jawaban mereka sungguh di luar dugaan. Jawabannya kira seperti ini (maaf jika tidak tepat benar), ”Memang kami berencana utk mengangkat salah satu dari anak itu. Namun kami msh memikirkan 1 hal. Jk kami angkat anak itu, mk kasih sayang, perhatian, wkt kami akan hanya ke anak itu. Kami khawatir tdk dapat membagi lagi waktu, perhatian, kasih sayang kami kpd anak yatim piatu lainnya yg selama kami urus”. Jawaban itu membuat saya tertegun, ”speechless” utk wkt yg ckp lama. Alangkah mulianya hati mereka. Begitu ikhlasnya. Mereka memikirkan hal yg lebih besar dg pertimbangan yg benar2 ikhlas. Setelah istri saya ditimbulkan naluri keibuannya (part 2.4), sekarang giliran ’kebapakan’ saya (istilahnya tepat atau tdk ya ?)

Setelah pelajaran `pasrah`, sy mendpt pelajaran ’ikhlas’. Sy mengingat-ingat apa yang telah saya lakukan selama ini. Mungkin ketika saya minta maaf kepada orang tua (part 2.2), salah satu alasan pergi Haji (part 3.1) atau berbuat baik kepada orang lain (part 3.2, 3.3) karena saya belum punya & menginginkan anak. Setelah kami mempunyai, mungkin tidak kami lakukan lagi. Padahal semua itu seharusnya hanya krn keikhlasan, keikhlasan kepada Sang Pencipta, Allah SWT.
Pasrah tdk membuat kami hny berdiam diri. Kami seperti mendpt `kekuatan` baru yg luar biasa. Kami kumpulkan seluruh terapi yg pernah dilakukan, dari mulai hydrotubasi, HSG, USG, diathermi, pemeriksaan sperma, hasil inseminasi, hasil periksa darah, periksa hormon, obat-obat yang selama ini dimakan. Jg pengobatan lainnya, dari mulai pijat, refleksi, akupunktur, dsb. Kami jg cari tahu segala macam yg berhubungan dg infertility ini dg browsing internet, baca buku, tanya teman, tanya saudara yg dokter. dsb. Akhirnya kami tidak ganti dokter, tapi kembali ke d Nugoroho Kampono. Kami datang kami katakan kami kami sudah lakukan yang dokter sarankan , yaitu banyak berdoa (part 3.2) dan hasilnya kami minta agar istri dilakukan Laparoskopi (Lo), yg memang belum pernah dilakukan.

Part 4.1.
Tanpa kami duga saat itu jg disetujui. namun beliau mengatakan bhw beliau bukan ahlinya. Kami dirujuk keahlinya, Dr. Wachyu Hadisaputra, SpOG, KFER. Selain memang ahli Lo, beliau jg KFER (Konsultan Fertility, Endokrinologi, Reproduksi), jadi memang sub-spesialis utk yg infertil (sulit hamil). Sekedar flashback seharusnya istri diLo bulan Nopember bertepatan sy ke Aceh. Tapi ditunda oleh dr bln Desember, shngg sy bisa ke Aceh utk mendapat pelajaran ’ikhlas’. Sekali lagi selalu ada hikmah dlm setiap peristiwa. Istri di-Lo di RS YPK, Jl. Gereja Theresia, Menteng, ternyata ada Kista, Polip, Endometriosis, perlengketan jaringan. Dr Wachyu mengatakan inilah penyebanya & tdk mungkin bisa hamil jika belum diambil.
Hasil ini cukup mengagetkan. Salah satu saudara kami yg dokter kecewa sekali thd dokter Nugroho yg tdk bs mendeteksi slm 4 th kami berobat. Terlebih lagi usulan Lo ini dr kami. Berhubung kami dikirim oleh dr. Nugroho, mk oleh dr. Wachyu kami dikembalikan ke dr. Nugroho. Pelajaran2 yg kami dapatkan sngt bermanfaat. Kami ttp ke dr. Nugroho, km sampaikan terima kasih. Bagaimanapun beliau yang menyetujui utk Lo, merujuk kami ke dokter yg tepat. Tdk ada rasa kecewa, tdk ada yg perlu disesalkan. Hanya Allah SWT yg mengetahui apa yang terbaik untuk umat-Nya.
Selama ini kami berusaha utk mandiri dlm setiap terapi, termasuk ketika istri di-Lo, hanya saya yg jaga, krn saudara lain tidak avail, sy jg tdk minta Ada pelajaran berharga. Utk hal seperti Lo (termasuk operasi kecil, tapi istri dibius total, proses sekitar 30 menit-1 jam), sebaiknya ada yg lain. Ketika Lo, mendadak sy ingin buang air kecil. Sy khawatir tiba2 dipanggil dokter utk dpt penjelasan & saat itu tdk ada keluarga pasien/orang lain yg bisa dititipi. Akhirnya tergesa-gesa ke toilet, toiletnya penuh. Terpaksa ke kamar tidur istri yg jaraknya jauh & memakan waktu. Jkada yg lain bisa titip, dia yg jaga. Meskipun tidak bisa ditukar, dia yang ke toilet, saya yg tetap jaga, he ... he....

Part 4.2
Tahun 2005 adalah tahun yang sangat sibuk bagi kami. Tapi anehnya semua dapat kami selesaikan dengan baik, bahkan kami berdua sempat merintis usaha sampingan untuk masa depan kami. Kami juga menutup tahun itu dengan pelajaran ’pasrah’ dalam hubungannya dengan Allah SWT dan ’ikhlas’ dalam hubungannya dengan sesama manusia, disamping mulai babak baru dalam aspek medis.
Setelah Lo, mulai Januari 2006 istri disuntik Tapros 3x, sehingga selama 3-4 bulan rahim ’istirahat’, tidak menstruasi. Bulan Mei akan normal lagi. Bulan Juni-Juli diprogram untuk hamil. Istri saya suka renang. Tapi beberapa tahun terakhir tidak pernah karena khawatir airnya berpengaruh pada kesehatan organ vital. Dokter menyarankan, setelah Lo agar lebih banyak gerak. Akhirnya dipilih jalan pagi/jalan cepat (low impact) di taman sekitar rumah secara teratur. Dia menemukan komunitas baru selain murid-murid dan ortunya.
Selama periode ’istirahat’ itu orang tua minta kami mendampingi untuk Umroh, karena kami sudah pernah ke sana, dan mudah utk meninggalkan rumah. Ketika kami ijin dokter, dokter mengatakan bhw kegiatan fisik Umroh sangat baik pasca Lo, juga aspek spiritualnya. Karena masih masih ’istirahat’ tidak perlu khawatir juga dapat mens. Sepertinya kebetulan, namun semua semua sudah diatur Allah SWT
Seperti telah saya ceritakan, program hamil adalah program suami-istri, keduanya punya kontribusi. Wkt kontrol bulan Februari 2006, saya minta kpd Dr. Wachyu utk diperiksa. Dan saya dirujuk ke Dr. Indra G. Mansyur Sp. And (Androlog) di RS YPK juga. Baru pertama kali ini saya diperiksa Androlog. Biasanya setelah dari lab langsung diperiksa oleh dokter istri saja.(Ginekolog).
Setelah periksa sperma dianjurkan juga sekalian (mumpung sperma masih hidup) untuk Tes Kibrik dan Isojima. Test ini untuk menguji antibodi istri dan kemampuan sperma di untuk hidup di dalam Vagina. Darah istri diambil dan dicampur dengan sperma saya, diolah di lab.

Ada yang terlupa (bagian dari part 3.4). Jika seseorang meninggal dunia, maka putuslah seluruh amal atau pahalanya, kecuali 3 hal :
1. Amal jariyah
2. Ilmu yang bermanfaat
3. Anak yang saleh yang selalu mendoakan orang tuanya.
Saya pikir jika saya tidak mempunyai anak, maka pilar ketiga tidak akan pernah saya miliki. Setelah saya mendengar jawaban Pak Mirdas dan Bu Draga, saya berubah pikiran. Di sana tidak disebutkan ’anak kandung yang saleh’, tapi hanya ’anak yang saleh’. Alangkah piciknya pikiran saya. Mereka punya ’anak-anak’ yang pasti akan selalu mendoakan mereka. Disamping itu urusan pahala bukan urusan saya, mengapa saya mempersoalkannya ? Mohon ampun ya Allah ...

Part 4.3
Maret 2006 hasil sperma saya cukup baik, 40jt/ml, normozoospermae (normal min 20jt) tapi ternyata Anti Sprem Antibody/ASA (antibodi istri terhadap sperma suami) sangat tinggi, nilai 8100, normal harus di bawah 64. Sehingga sperma saya ‘dimakan’. Pernah teman mengalami hal ini, solusi sederhana. Berhubungan ketika istri sakit, sehingga seluruh antibodi rendah, termasuk ASA juga rendah. Ketika saya tanyakan ke dr. Indra dijelaskan bhw hal itu bisa saja terjadi. Tapi jika berhasil hamil, dan tidak diterapi, ketika sehat ASA akan naik lagi dan akan menyerang ’janin’ (dianggap sebagai benda asing) sehingga akan menyebabkan keguguran
.
Untuk menurunkan ASA itu, saran dr. Indra istri harus menjalani terapi PLI (Paternal Leucocyt Immune) sebulan atau 3 minggu sekali dan disetujui oleh Dr. Wachyu. Terapi dilakukan oleh dr. Indra di Klinik Sayyidah, Duren Sawit. Proses terapi kira2 demikian : darah saya diambil, dipisahkan darah putihnya di lab, disuntikkan ke istri. Sebelum PLI ada Food response Test (FRT) utk melihat makanan2 apa saja yg mempengaruhi. Hasil cukup baik, tidak ada yang ekstrim/pantangan (nilai +4), hanya perlu dihindari (+1). Tapi istri saya sangat disiplin. Meskipun hanya dihindari, tapi benar-benar tidak disentuhnya. Padahal enak-enak lho ... (misal teh, coklat, seafood). Hasilnya cukup mencengangkan, setelah 3x PLI, pada bulan Juni 2006 turun menjadi 200. (masih di atas normal 64). Perlu PLI ke-4 agar di bawah normal.

Untuk mempercepat kehamilan, bulan Juli 2006 kami akan menjalani inseminasi. Bulan Juni saya periksa. Alangkah terkejutnya, hasil yang selama ini normal, tiba2 jelek (hanya 7jt), oligo-, astheno-, terato-zoospermae Bulan depannya, Juli malah lebih jelek (5jt) dan harus diolah di lab agar bisa dipisah yang baik saja. Saya jg tdk tahu kenapa, mungkin tanpa sadar jadi stress krn seperti dikejar target, dalam tekanan, dsb. Inseminasi gagal (baca : belum berhasil), kasihan istri saya.

Part 4.4
Disini kembali aspek psikologis/emosional berperan. Sebenarnya kami masing-masing punya “senjata“ untuk saling menyalahkan. Istri saya bisa mengatakan bhw penyebab adalah jumlah sperma saya yang di bawah normal, saya terlalu sibuk bekerja, tidak memprioritaskan hal ini, tidak menyempatkan cuti, dsb. Untuk laki-laki hal ini sensitif. Kalau terdengar bahwa penyebabnya dia biasanya akan jadi minder, malu, jadi bahan ejekan, dsb. Saya juga bisa menyalahkan dia karena PLI belum selesai (ASA belum di bawah 64). Namun hal itu tidak terjadi. “Tiada kata terucap, justru kami berpegang lebih erat“. Jika anda gagal (baca : belum berhasil) n kali, anda cukup mencoba sebanyak n+1 kali. Kami menjalani kepasrahan ini. Just do the best, God will do the rest.
Kami berdua ke dr. Indra lagi. Unik juga ya suami-istri ke Androlog. Saya diterapi, ada hormonal yang mulai tinggi (mungkin krn stress, dsb). Istri juga menjalani PLI ke-4. Saya juga teratur minum madu, yang terbukti bagus untuk stamina mencari nafkah lahir (bekerja), dan bagus utk stamina nafkah batin (isi sendiri ya, he .. he...). Alhamdulillah bulan Agustus 2006, sperma saya sudah normal kembali (38jt/ml). Setelah PLI ke-4, ASA istri turun menjadi 32 (sudah bagus krn normalnya di bawah 64).
Karena belum berhasil, bulan September dan Oktober istri saya cek darah, hormon, kali ini oleh dr. Wachyu. Semua normal. Untuk kesekian kalinya, dokter mengatakan semua terapi sudah dilakukan. Kami disarankan proses normal saja. Oktober Idhul Fitri, Nopember masih suasana libur, kami tidak ke dokter. Desember kami juga tidak ke dokter, sehingga tidak minum obat apapun. Sesuai saran dokter utk normal/natural saja, disamping itu kami juga ingin ’istirahat’ dulu. Mungkin yang baca cerita saya ini juga mulai capek, perlu istirahat juga. Siklus mens istri saya teratur sekali, sehingga Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)-nya pun saya hapal, yaitu 13 Desember 2006. Meskipun banyak yang mengajak, tapi kami tutup tahun 2006 dengan berdua saja. Never ending honeymoon.

Part 5.1
Tgl 18 Januari 2007, ketika akan mengajar, istri sy mengeluh ada ’flek’. Lngsng sj saya minta utk istirahat & ijin ortu murid utk tidak mengajar. Mereka mengeri keadaan kami & memakluminya. Sejak itu dia bnyk di rumah. Tgl 25 Januari, orang tua sy dtng ke rumah bersama kawannya yang sering memberikan nasihat ttg agama. Begitu melihat istri saya sy agak pucat, meraba perutnya, mengatakan bahwa istri saya sudah terlambat, kemungkinan besar hamil. Padahal kami tidak mengatakan apa-apa.
Stlh terlambat 2 minggu, tgl 27 Januari kami periksa ke dr Wachyu. Ketika di USG, ada rongga kecil yg terlihat. Dr mengatakan ada kemungkinan hamil tp mungkin juga tidak, diberi penguat. Diberi catatan ” Stay at home. No activity”. Bahasa yg lebih ekstrim mungkin ”Bed Rest”, tapi dr tdk memakai istilah itu.
Tl 31 Januari kami periksa pakai test pack. Dua garis itupun muncul. Kami tdk terlalu berharap, khawatir kecewa jk gagal (baca:belum berhasil), see part 1.2. Setelah semua yg kami alami, kami berusaha utk mengatur segala emosi, harapan, dsb. Tentu saja berdoa dg kepasrahan kpd Sang Khalik. Esoknya, tl 1 Pebruari kami kontrol ke dr lagi. Terlihat dari USG rongga makin besar sudah ada titik yang berkedip-kedip. Dr berkata, ”Minggu lalu sy tdk yakin anda hamil, krn kelihatannya rongga itu kromosom kosong. Tdk sy katakan, khawatir akan membuat kecewa. Tapi dari hasil ini sy yakin & ucapkan selamat, anda telah hamil”. Alhamdulillah. Kami berdua berpandangan, matanya memerah. Kebahagiaan yang tak terucap, hanya genggaman tangan dan kecupan di keningnya yang saya lakukan. Setelah membeli obat, kami segera pulang. Malam itu hujan turun sangat deras, & mulai tanggal 2 Pebruari kota Jakarta dilanda banjir hebat, sulit pergi kemana-mana. ”Ya Allah, Engkau berikan waktu yg tepat bagi kami. Engkau yang mengatur seluruh peritiwa alam ini”. Malam itu pula, bertepatan dengan malam Jumat, kami sujud syukur, lama sekali. ”Saat yang TERBAIK telah Engkau tunjukkan kepada kami ya Allah. Alhamdulillahir-Robbil Alamin.”

Minggu, 05 September 2010

Hari hari setelah masuk kerja kembali

Tanggal 19 Aug 2010 aku sudah kembali bekerja, setelah tiga bulan menghabiskan hari hariku bersama Rahman.
Hari pertama berangkat dengan berat hati melihat Rahman masih pulas tidur.
Jam 05.30 berangkat kerja, sengaja aku berangkat pagi biar nyampe kantor masih banyaak waktu luang untuk sholat Dhuha dan mompa ASI, lagian aku akan berangkat dengan naik mobil omprengan yang belum tahu kemungkinan ada atau tidaknya. Pukul 7.30 nyampe kantor, langsung sholat dhuha dan setelah itu mompa ASI dapat 100 CC, Alhamdulillah
Istirahat jam 12 langsung sholat Zuhur, dan makan siang (aku sengaja nggak puasa, karena khawatir ASIku akan berkurang, secara Rahman masih ASI exclusive) dan mompa ASI dapat 100 cc Alhamdulillah. Jam 15.30 sholat Asar, dan mompa ASI dapat 100 cc, Alhamdulillah, total hari itu dapat 300 cc. Jam Lima pulang, nyampe rumah jam setengah tujuh, dan ternyata Rahman menghabishan 600 cc ASI selama aku kerja. Waduh defisit jauh nih, gimana ya....

Senin, 16 Agustus 2010

Kumpulan resep kornet

Tiap tahun selalu dikasih beberapa kaleng kornet dari kopkar nya si Ayah, tapi selalu gagal bikin makanan dari kornet alias selalu nggak enak. Tahun ini dapat kornet lagi, alhasi aku nyari nyari resep kornet yan mungkin bisa dijadikan referenci :


Roti tawar gulung kornet

Bahan:
12 lembar roti tawar segi empat, buang kulitnya
minyak goreng
Isi, aduk rata:
250 g kornet sapi
1 sdt bawang putih parut
1 sdt bawang merah parut
2 sdm daun bawang iris halus
1 butir telur ayam, kocok
2 sdm tepung maizena
1/2 sdt merica bubuk
1 sdt garam
Lapisan:
1 butir telur ayam, kocok
100 g tepung panir
Cara membuat:
# Kukus roti tawar selama 20 menit hingga lembut.
# Ratakan adonan isi di tiap lembar roti tawar. Gulung hingga padat dan rapi.
# Celupkan gulungan roti dalam telur kocok.
# Gulingkan dalam tepung panir hingga rata.
# Goreng dalam minyak panas dan banyak hingga kuning kecokelatan.
# Angkat dan tiriskan.
Untuk 12 buah


ROLADE TELUR DADAR KORNET

Bahan :
5 butir telur ayam
1/2 sdt garam
2 buah tomat, buang biji, potong dadu
1 batang bawang daun, iris halus
2 sdm tepung terigu
Isi:
1 sdm margarin untuk menumis
1/2 butir bawang Bombay, cincang
1 kaleng kecil kornet sapi
1/2 sdt bubuk lada
1/2 kaleng jamur kancing, iris tipis
Cara membuat :
* Isi : tumis bawang Bombay sampai harum. Masukkan jamur, kornet dan bubuk lada. Aduk rata. Angkat dan sisihkan.
* Dadar : kocok telur dan garam. Tambahkan tomat dan daun bawang. Aduk rata. Panaskan wajan dadar anti lekat. Oles sedikit margarin bila perlu. Tuang telur, ratakan. Buat dadar agak tebal.
* Balikkan dadar di atas selembar alumunium foil. Taruh isian kornet di atasnya. Ratakan. Gulung perlahan hingga padat. Putar kedua ujungnya agar isi tidak keluar. Dinginkan.
* Potong-potong rolade dengan pisau tajam. Lepaskan pembungkusnya. Sajikan.


Kracker kornet Goreng

Bahan:
• 15 potong cracker
• 1 lt minyak untuk menggoreng
• 2 butir telur kocok lepas
• 100 gr tepung panir
Isi:
• 250 gr kornet
• 40 gr kacang polong
• 1 batang daun bawang iris halus
• 1 sdm seledri cincang
• 4 siung bawang putih cincang
• 2 sdm bawang Bombay cincang
• 1 sdm kecap asin
• 1/2 sdt lada halus
• 1 sdt garam halus
Cara Membuat:
Isi:
• campur semua bahan isi, aduk rata. Sisihkan
• Ambil satu lembar cracker, beri 1 sdm isi, ratakan. Tutup dengan selembar cracker, beri isi lagi, ratakan. Tutup dengan selembar cracker. Celupkan tumpukan cracker ke dalam kocokan telur dan tepung panir.
• Panaskan minyak, goreng tumpukan cracker hingga kecoklatan



Prekedel Kentang isi kornet

Bahan-bahan:
500 gr kentang, cuci bersih kemudian potong-potong
3 sdm kornet sapi
2 batang seledri, iris halus
1 butir telur ayam, kocok
Minyak untuk menggoreng

Bahan dihaluskan:
4 siung bawang putih
1 sdm bawang merah goreng
merica secukupnya
garam secukupnya

Cara membuat:
1. Goreng kentang hingga kuning kecoklatan dan matang. Angkat. Tiriskan. Haluskan
2. Campurkan kornet, bumbu, dan bawang merah goreng dan adoni hingga rata
3. Cetak adonan dengan sendok menjadi bulatan-bulatan
4. Celupkan ke dalam kocokan telur dan goreng hingga matang


NASI GORENG KORNET

BAHAN-BAHAN
Wortel 100g potong dadu kecil
Nasi putih 600g
Jagung manis pipil 100g
Kacang polong beku 50g
Kornet sapi 150g hancurkan
Bawang putih 4 siung dihancurkan
Minyak goreng 2 sdt
Minyak wijen 2 sdt
Kecap asin 2 sdt
Garam secukupnya
Merica bubuk 1/2 sdt
Kaldu bubuk 1 sdt

PELENGKAP
Keju ceddar parut
Telur dadar iris
Kerupuk udang
CARA PEMBUATAN
Tumis bawang putih hingga harum, masukkan jagung manis dan wortel masak sebentar.
Masukkan kornet, kacang polong [...]
Sayuran Kornet
By natalia
Posted in Resep Makanan Utama on 11 November 2009
Stats: 785 and Comments Off
SAYURAN KORNET
Bahan:
2 siung bawang putih, cincang halus
1 buah bawang Bombay,potong panjang
2 buah cabai hijau, potong bulat agak panjang
2 buah cabai merah, potong bulat
1 buah wortel, potong bentuk korek api
1 kaleng kornet
1 telur
2 batang seledri, potong kasar
Garam,gula, merica sesuai selera
Cara membuat:
Panaskan minyak. Tumis kornet dengan telur sampai matang
Tumis bawang putih dan bawang bombay, tumis sampai layu [...]


RESEP MASAKAN ORAK-ARIK TELUR KORNET

Bahan:
1. 100 gram kornet
2. 4 butir telur
3. 1 buah bawang Bombay, cincang halus
4. 1 batang seledri, iris tipis
5. 1 buah wortel, parut halus
6. 75 ml susu cair
7. 50 gram keju parut
8. Garam dan merica bubuk secukupnya
9. 2 sendok makan mentega
Cara Membuat Resep MAsakan Orak-arik Telur Kornet:


RESEP MASAKAN MAKARONI GORENG KORNET

Bahan-bahan:
a. 100 gram macaroni, rebus matang
b. 100 gram kornet
c. 1 sendok makan mentega
d. ½ buah bawang bombay, cincang halus
e. 2 siung bawang putih, cincang halus
f. 3 sendok makan saus tomat
g. 1 sendok makan saus sambal
h. 2 nutir telur
i. Garam dan merica bubuk secukupnya
j. 500 ml minyak goreng

Cara Membuat Resep Masakan Makaroni Goreng Kornet:
1. Panaskan mentega, tumis bawang bombay dan bawang putih hingga harum. Angkat.
2. Campur macaroni, kornet, tumisan bawang, saus sambal, saus tomat, garam dan merica bubuk. Aduk rata.
3. Masukkan telur, aduk rata kembali. Ambil 1 sendok makan adonan, goreng adonan dalam minyak panas hingga matang. Angkat.
Lemper Kornet Goreng
Sumber: NN
Ukuran porsi: 10 potong


Lemper goreng kornet

Bahan
250 gram ketan putih, cuci, tiriskan
250 cc susu cair
1 blok kaldu sapi instan
1 kaleng kornet sapi
100 gram keju cheddar, potong dadu
2 butir putih telur
150 gram tepung parnir

Cara
1. Panaskan susu bersama dengan kaldu sapi hingga mendidih,
2. masukkan ketan yang telah dikukus setengah matang, aduk rata,
3. masak hingga seluruh susu terserap, angkat, kukus kembali hingga matang.
4. Bagi ketan menjadi 10 bagian, lalu isi dengan sebagian kornet dan keju,rapatkan dan bentuk menjadi lonjong.
5. Celupkan lemper ke dalam putih telur, gulingkan pada tepung parnir,
6. goreng dalam minyak panas dan api sedang hingga matang kecoklatan.

Siap siap kerja kembali

Nggak terasa aku sudah hampir menghabiskan masa cuti 3 bulanku, yah... harus siap siap kerja lagi. Aduh... gimana nih ya, sekarang aja ngebayangin akan berpisah ber jam jam dengan Rahman bikin hatiku jadi sedih banget.
Cari cari info mengenai persian masuk kerja setelah cuti panjang info dibawah cukup relevan.

Siap Kembali Ke Kantor Setelah Cuti Melahirkan
Berdasarkan peraturan tenaga kerja yang berlaku di negara kita, ibu bekerja memiliki hak untuk cuti selama 3 bulan. Hak tersebut bisa diambil 1,5 bulan di akhir kehamilan dan 1,5 bulan paska melahirkan. Namun sebagian besar ibu bekerja sering merasa cuti hamil tersebut cepat berlalu. Akibatnya keputusan untuk kembali bekerja selalu menjadi dilema yang harus dihadapi para ibu bekerja.

Sebagian ibu memilih untuk tetap tinggal di rumah untuk mengasuh buah hatinya, tentu saja ini tidak salah. Sementara itu ibu yang memilih kembali bekerja dan mempercayakan perawatan bayinya pada pengasuh di rumah tak sedikit yang mengalami stres dalam masa transisi. Para ibu ini sulit menjalankan tugas di kantor sekaligus membagi perhatian antara pekerjaan dan keluarga.

Shock yang dialami para ibu terhadap peran baru mereka tersebut juga bisa dianggap normal. Meski sudah memutuskan untuk kembali bekerja setelah memiliki bayi wajar saja jika seorang ibu merasa kelelahan karena harus bangun di malam hari untuk mengganti popok atau menyusui.

Sebenarnya stres yang dialami ibu bekerja bisa dikurangi jika mereka membuat persiapan yang matang. Persiapan tersebut bisa dimulai sejak sebelum cuti. Hilangkan kekhawatiran bahwa cuti melahirkan akan mengancam karir Anda. Bicarakan dengan atasan mengenai pendelegasian tugas serta kemungkinan apa saja yang bisa terjadi saat Anda kembali bekerja setelah cuti. Dengan cara ini Anda bisa menjalani cuti dengan tenang dan lebih fokus pada keluarga.

Buatlah rencana pengasuhan si kecil dengan suami. Kepada siapakah bayi Anda akan dipercayakan saat Anda berada di kantor, jika dengan orangtua atau mertua tentu Anda bisa sedikit lebih tenang. Namun jika Anda memutuskan untuk mencari pengasuh, ajari pengasuh Anda hal-hal yang perlu ia ketahui dalam merawat anak agar Anda bisa berkonsentrasi pada pekerjaan kantor.

Persiapkan mental Anda paling tidak beberapa minggu sebelum berakhirnya masa cuti. Atur berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi setelah Anda menjalankan peran ganda sebagai ibu dan wanita bekerja. Termasuk di antaranya adalah rasa bersalah harus meninggalkan si kecil serta kehabisan tenaga karena harus mengasuh anak sepulang bekerja.

Dukungan dari orang-orang di sekitar Anda akan sangat membantu Anda dalam mempersiapkan mental sebelum kembali ke kantor. Misalnya suami yang siap menjadi pendengar sekaligus memberi semangat jika Anda mulai merasa putus asa. Mintalah saran dari teman-teman dekat atau keluarga yang sukses menjalankan peran gandanya.

Terakhir, bersikaplah realistik, tidak ada manusia yang sempurna. Selain itu jangan menetapkan target yang terlalu tinggi untuk diri sendiri di awal-awal masa penyesuaian. Selamat bekerja.

Minggu, 25 Juli 2010

Rahman lahir lewat operasi Ceasar

19 Mei 2010
Menurut dr Judi, DSOG ku perkiraan melahirkan antara tanggal 10-19 Mei 2010. Sampai tanggal 19 Mei aku belum merasakan kontraksi. Pagi pagi tanggal 19 Mei aku jalan pagi ditemani Suami, pulang pulang aku lihat ada flek sedikit, Alhamdulillah sepertinya ini tanda tanda akan melahirkan. Jam 10 an aku ajak suami untuk jalan jalan ke Cibubur Junction biar fleknya tambah banyak dan ada bukaan, ee... ternyata waktu pulang nyampe rumah malah tidak keluar flek sama sekali.
Sorenya periksa ke Hermina ditamani Mama, papa dan suamiku berombongan sampai dikirain tetangga sudah mau lahiran padahal niatnya mau periksa aja. Ternyata setelah di USG si dedeknya telentang, lehernya kelilit tali puser 2 lilitan, air ketuban tinggal setengah dan keruh!? Jadi harus cepet cepet dikeluarin dedeknya. O...o... ada apa ini,padahal pemeriksaan 10 hari yll masih ok ok aja jadi aku sudah pede banget akan ngelahirin normal. Option dari dr Judi adalah coba induksi dan melahirkan normal dengan probability 15% atau langsung ceasar aja.
Kita disuruh mikir mikir dulu diruang tunggu, aku sebenarnya nggak mau ceasar karena semua teman yang pernah ceasar dan melahirkan normal, selalu bilang lebih enak melahirkan normal karena setelah melahirkan akan cepat recovary, apalagi aku belum dapat pembantu yang nginap dirumah dan aku sangat tidak mengharapkan mama harus melakukan tugas tugas rumah tangga dirumah secara kondisi mama cukup lemah karena penyakitnya. Dilain sisi, aku benar benar tidak mau kehilangan anakku, seperti yang terjadi 6 tahun yang lalu. Akhirnya suamiku memutuskan Bismillah, ceasar aja ya sudah aku manut.
Malam itu juga aku langsung opname, dan besok paginya jam 7 pagi operasi dijalankan.
Jam 07.18 lahirlah buah hati yang telah kutunggu tunggu selama 6 tahun, tapi kok suaranya kayak tersedak dan tidak nangis kejer seperti yang ceritakan orang-orang? dan juga tidak diperlihatkan kepadaku, ada apa ya?