Senin, 19 September 2011

Baca Sharingnya jadi pengen banget jalan jalan....

Ciwidey
Akhirnya, hari yang ditunggu datang juga. Sabtu 11 Maret 2006, kami anggota milis Indobackpacker mengadakan One Day Trip to Ciwidey. Sesuai jadwal yang telah disusun oleh Sonson dan Aris, semua peserta harus sudah hadir di Parkir Timur Senayan jam 5.00 wib atau paling telat jam 6.00 wib, kami bertiga (Irma, Deny dan Ine) dengan mata yang masih mengantuk berangkat menuju Parkir Timur Senayan. Kami tiba disana pukul 5.30 wib, waaahhh… ternyata udah banyak juga yang dateng dan terlihat juga 2 buah bus pariwisata “ Die 9 Bethoven Symphony”. Bagus juga bus nya.

Cuaca masih lumayan gelap saat itu, terlihat beberapa orang membentuk kumpulan sendiri-sendiri (nge gank gitu deh). Tapi dilihat secara sepintas para peserta trip ini lumayan beragam, ada yang muda, ada yang setengah tua, bahkan ada yang udah lumayan tua (salut buat ibu-ibu yang ikutan juga).

Sesuai instruksi dari Aris, bagi peserta yang sudah tiba, wajib segera melapor kepada ketua regu di masing-masing bus. Kebetulan kami dapat tempat di bus 1, jadi aku segera melakukan instruksi tersebut dengan menghubungi Aris, eehhh…ternyata Aris malah belom dateng. Ya sudah yang penting aku sudah memenuhi kewajibanku. Tidak berapa lama Aris “sang ketua regu”
dateng, dengan tersenyum dia menyalami dan mengenalkan diri kepada kami sambil berkata “maaf terlambat, udah banyak juga yang telepon saya tadi”.

Sambil menungu peserta yang lain dateng, kami melihat ada beberapa orang yang membeli sarapan pada penjaja makanan (mbok2 gitu deh), ada yang cuma ngopi atau bahkan sarapan pagi. Kami malah memanfaatkan waktu menunggu dengan berfoto ria. Ternyata ketua regu di bus 1 bukannya Aris tapi malah Sonson (salah deh gue tadi, gpp yang penting pede).

Setelah peserta sudah lumayan banyak, Sonson dan Aris memberikan komando (kayak tentara aja komando
he..he..) agar tiap-tiap peserta segera masuk ke dalam bus masing-masing. Lumayan lama juga kami menunggu peserta lainny yang belum juga menunjukkan batang hidungnya. Terlihat Sonson sibuk mendata peserta di bus 1, karena memang ada beberapa orang yang belum hadir, dan setelah mendapatkan konfirmasi bahwa peserta tersebut akan menunggu di pintu tol Jatibening, bus kami berangkat meninggalkan Parkir Timur Senayan pukul 6.07 wib, yah..sedikit ngaret dari jadwal sebelumnya. Bus melaju dengan lancar menuju pintu tol, jalanan juga cukup lengang sehingga dengan cepat kami segera tiba di pintu tol Jatibening untuk menjemput peserta lainnya, yaitu 3 orang wanita muda (he..he… Melly, Nun Q, dan Yosi). Tapi tunggu dulu masih ada sepasang suami istri yang masih harus dijemput di Starbuck (maap ngga tau namanya) Setelah menjemput sepasang suami istri itu, sejurus kemudian bus melaju menuju Bandung, tapi bus kami harus beberapa kali berhenti di pom bensin (bukan untuk mengisi bensin) tetapi karena peserta di bus 1 kebanyakan perempuan (tau kan ngapain kami berenti…?)

Singkat cerita, kami tiba di Bandung pukul 8.30 wib, cuaca di Bandung cukup cerah saat itu, ini berarti kemungkinan akan turun hujan sangat kecil. Selanjutnya kami menuju Kawah Putih melalui Soreang. Di sepanjang perjalanan ke Kawah Putih, kami dapat melihat cukup banyak delman/andong/dokar yang digunakan masyarakat sekitar sebagai sarana transportasi. Tidak jauh meleset dari jadwal sebelumnya, kami tiba di Kawah Putih sekitar pukul 10.00 wib. Sebelum kami memasuki Kawah Putih, Sonson memberikan penjelasan singkat mengenai Kawah Putih dan tarif tiket masuk yang harus dibayar, yaitu sebesar Rp. 4.000/orang. Dwi “Ary Lasso” dipercaya oleh Sonson sebagai Debt Collector.

Untuk sampai ke Kawah Putih, kami harus menggunakan angkot kecil karena jalan menuju Kawah Putih tidak terlalu lebar, tarif angkot tersebut sebesar Rp.
6.000/orang P.P. Dengan bersemangat seluruh peserta turun dari bus untuk berebutan naik angkot, tapi karena aku terlalu sibuk dengan perbekalan, aku ngga kebagian angkot, yaa…terpaksa nunggu dulu deh. Memang setiap kejadian kalo diambil positif nya pasti indah aja ya… karena punya waktu nunggu angkot aku jadi bisa nyobain batagor emang2. Harga/porsi Rp. 3.000. Sempet sibuk juga tuh emang2 karena diserbu anak2 yang kelaperan dari Jakarta he..he… lumayan enak juga batagornya mang…atau mungkin karena laper aja sehingga apapun jadi enak.

Setelah menyantap batagor, dan berbincang-bincang sejenak dengan Aris dan Sonson, angkot yang ditunggu tunggu datang juga. Kapasitas angkot dengan kondisi tempat duduk yang ada sekitar 10 orang (ini juga tergantung dari besar kecil bumper orang2 nya he..he… main fisik neh), atau bisa juga gelantungan atau naik di atas atap angkot. Supir angkotnya ngebut juga bawa angkotnya (kejar setoran mang..). Waktu yang ditempuh untuk sampai ke Kawah Putih kira2 10 menit.

Pemandangan Kawah Putih cukup mengagumkan dan unik, dari kejauhan terlihat seperti danau dengan air yang berwarna putih, dengan dikelilingi jajaran bukit-bukit. Cuaca cukup terik saat itu, aroma belerang cukup menyengat, tapi lama kelamaan kami terbiasa juga dengan aroma belerang tersebut. Seluruh peserta seperti terbius dengan keindahan Kawah Putih, hal ini terlihat dari antusias peserta yang dengan berlari lari kecil mencari tempat strategis untuk mengabadikan keindahan Kawah Putih. Tapi acara hunting photo sedikit terganggu dengan datangnya sang hujan di siang hari. Semua peserta berlarian mencari tempat berteduh dan berusaha kembali ke bus nya masing-masing.

Ooo iya yang menarik di Kawah Putih itu adalah ada seorang pengamen siter yang iramanya sangat menenangkan dan menentramkan siapa saja yang mendengarnya. Dia duduk di ujung jalan tepat dekat tangga, dengan berpakaian khas orang Sunda, sangat unik.

Setelah menghabiskan waktu di Kawah Putih sekitar 2 jam, kami melanjutkan perjalanan ke Situ Patenggang.
Tepat pukul 12.16 wib kami meninggalkan Kawah Putih dan tiba di Situ Patenggang pukul 12.29 wib. Tiket masuk ke Situ Patenggang juga sama dengan tiket masuk ke Kawah Putih yaitu cuma 4 ribu rupiah saja (dialek Bali bow…). Lagi2 si Ary Lasso beraksi…. buat ngumpulin uang tiket masuk Situ Patenggang. Acara di Situ Patenggang adalah acara bebas. Bagi yang merasa lapar, dipersilakan mencari makanan sendiri yang tersedia di warung2, bagi yang mau sholat dipersilakan untuk sholat, bagi yang mau naik perahu, dipersilakan naik perahu.

Berdasarkan info dari Sonson, tiket perahu itu sekitar Rp. 7.000 sampai Rp. 10.000 per orang. Kalau tiket perahu Rp. 7.000 berarti perahu tidak akan melipir lewat pinggiran Situ, tapi kalau harganya Rp. 10.000 berarti perahu akan melewati pinggiran Situ. Tapi harga Rp. 7.000 atau Rp. 10.000 tetap akan menyinggahi Batu Cinta. Dimana di Batu Cinta tersebut dapat dilihat cerita asal muasal terbentuknya Situ Patenggang. Mungkin cerita ini adalah mitos belaka, karena proses terbentuknya sebuah situ atau danau sebenarnya berasal dari kawah – kawah akibat letusan gunung berapi, begitulah cerita dari Kang Aris.

Harga makanan pun beragam, mulai dari Rp. 5.000 sampai Rp. 10.000. Menunya pun beragam mulai dari Indomie, Ayam Bakar, Nasi Gulai dll. Setelah puas mengunjungi Situ Patenggang, kami bersiap-siap menuju Ranca Upas yaitu tempat penangkaran rusa. Tepat pada pukul 15.16 wib kami meninggalkan Situ Patenggang menuju Ranca Upas. Tiket masuk ke Ranca Upas juga sama dengan yang lainnya yaitu Rp. 4.000/orang. Mengingat letak dari Situ Patenggang berdekatan, maka tidak banyak waktu yang dibutuhkan untuk tiba di Ranca Upas. Tepat pukul
15.34 wib kami tiba di Ranca Upas.

Rusanya mana ya…? Yaah…dikit banget…masih lebih banyak di Istana Bogor, mungkin rusanya lagi pada istirahat kali. Makanya tidak banyak obyek foto yang bisa diabadikan disana. Kami lebih memilih foto rame2.
Disitulah aku baru tahu ternyata mudah sekali mengumpulkan para peserta, tinggal teriak aja “ foto foto….” Langsung deh pada ngumpul. Dan semua peserta adalah penganut aliran narsisme (he..he… pada mau di depan semua kalo difoto).

Hanya kira-kira ½ jam kami berada di Ranca Upas, untuk selanjutnya kami melanjutkan perjalanan untuk acara petik strawberry. Waahh…peserta di bus 2 pada hilang…Kang Aris kebingungan tuh… Tiba di tempat pemetikan strawberry, kami sudah bersiap-siap memanen strawberry. Sebelum acara memetik strawberry dimulai, Sonson melakukan negosiasi dengan pemilik kebun tentang harga/kg strawberry. Akhirnya setelah tarik ulur harga, disepakati harga/kg strawberry Rp. 30.000.

Setelah mendapatkan keranjang dan stryrofoam, kami dengan bersemangat memanen strawberry sambil sesekali berfoto ria, tetap dengan aliran narsisme. Karena di Jakarta ngga ada kebun strawberry, makanya kita semua jadi kalap. Tetapi karena supply dan demand nya tidak seimbang, makanya kami hanya mendapatkan sedikit strawberry, karena harus berkompetisi dengan peserta lainnya. Beruntunglah masih ada yang jual strawberry di luar areal kebun, jadi kami bisa membawa pulang strawberry lebih banyak. Acara petik memetik strawberry selesai juga, dan kami langsung menuju Ciwok pada pukul 17.21 wib.

Bandung lumayan macet malam itu, maklumlah karena malam itu adalah malam minggu. Dengan perut kelaparan, akhirnya kami tiba di Ciwok, jam berapa ya… (lupa tuh). Tanpa basa basi lagi aku mulai hunting tempat makan karena perut ini sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Rumah makan Ampera menjadi pilihan terakhir kami, bersama Sonson, Santos dan Eva, Deny Dotten, Dwi “Ary Lasso” dan Alif kami melahap makanan dalam waktu singkat. Dan akhirnya…bye bye..Bandung, we have to go back to Jakarta pada pukul 20.30. Tiba di Parkir Timur Senayan sekitar jam 23.00 wib (lupa ngga nyatet jam nya).

Pokoknya seru dan asyik deh ke Ciwidey, jadi pengen ikutan next trip nya Indobackpacker lagi nih… Pulau Pramuka… I’m coming….


Salam,

Irma

Photo :http://gallery.indobackpacker.com/index.php?TopicID=ciwidey

catatan Admin:
A. Jakarta - Bandung by bus
1. Ekonomi Rp. 25.000 (seat 2-3)
2. Ekonomi AC Rp. 35.000 (seat 2-3)
3. AC biasa RP. 40.000 (seat 2-2/non toliet) 4. AC eksekutif Rp. 45.000 (seat 2-2/TV/toliet)

Keberangkatan bisa dari Kampung Rambutan (no.1,2,3,4) Keberangkatan bisa dari Lebak Bulus (no. 4)Harga diatas bulan Januari 2006 (semoga belum berubah)
B. Bandung (terminal Leuwi panjang) - Soreang Angkot Rp. 3000,-
C. Soreang - Situ Kawah Putih
Angkot Rp. 3000,-
Biaya masuk ke kawah putih Rp. 4000

D. Pintu masuk Kawah Putih - Kawah Putih Angkutan setempat Rp. 6000 PP
E. Kawah Putih - Situ Patengan
Angkot Rp. 2000,-
Biaya masuk ke Situ Patengan Rp. 4000

F. Situ Patengan - Ranca Upas Angkot Rp. 2000,-

Tips dan segala kemungkinan...

Kalau one day trip ciwidey PP ngga akan ke uber semua tempat, karena Angkot disana (Soreang-Situ) jarang sekali angkutannya, sekalinya ada suka ngetem menunggu penuh penumpang, berlaku juga dari kawah putih sampai puncak, kalau ngga ada penumpang yah ngga jalan menunggu sampai penuh... uihhh buang2 waktu...nanti lama di jalan...

Kemungkiannya paling enak emang pergi rame2... biaya selain lebih murah , nyaman dan semua tempat dapat dikunjungi....

Semoga membantu.... kalo kurang jelas silahkan tanya
lagi

sonson artson at yahoo.com

Last Updated ( Friday 14 Apr 2006 )





Tasikmalaya
hasil berbalas pantun di email, akhirnya kami memutuskan untuk jalan-jalan ala backpacker tgl 16 – 18 November ke Tasik. Rencananya sih wisata ke Gunung Galunggung dan Jelajah pantai-pantai yg ada di Tasik, tapi mungkin kurang promosi, jadi setiap aku tanya di milis IBP tentang daerah pantai di Tasik, gak ada yg bantu ngejawab, untung ada mas Google, jadi bisa ngebantu dikit, walaupun keterangannya minim banget, cuma sebaris-dua baris, gak ada gimana caranya mau menuju ke sana, dll.

Dekat hari H, tiba-tiba teman2 yg tadinya menggebu-gebu pengen ikutan banyak yg mengundurkan diri, sampai-sampai aku pakai acara ngancam si Dian (yg sekarang jadi ibu ketua rombongan) biar tidak terpengaruh sama yg ngajak2 acaranya diundur karena ada acara lain yg lebih menarik. Fiuhhh untung aja, the show must go on kata Syifa, setelah dihitung-hitung ternyata yg tetap pergi jumlahnya lebih dari 5 orang n terakhir malah nambah jadi 12 orang. Lumayan d, soale bisa ngirit kalo banyak yg ikut, buat saweran sewa angkot dan penginapan.

Meeting Point ditentukan di Kampung Rambutan jam 20.00 malam tgl 16 November, tapi seperti biasa, jam 20.30 baru kami berangkat menuju Singaparna dan harus naik Bis Ekonomi (yg AC udah gak ada) ternyata itu bis yg terakhir. Karena udah pernah jalan ke Tasik yg memakan waktu 5 jam trus jalannya berkelok-kelok seperti ular, aku memutuskan untuk minum antimo (sorry bukan promosi). Lumayan ngebantu, karena bis baru keluar dari terminal, ngantuk sudah menyerang, jadilah sepanjang perjalanan aku puas tertidur. Gak terasa jam 3 .30 pagi kami udah sampai di kota Singaparna dan kebetulan bisnya stop di depan Mesjid Agung Singaparna, jadi kami bisa sholat dan bersih-bersih alias numpang mandi di mesjid ini. Setelah nyabu (nyarap bubur) kamipun lanjut naik angkot ke Gn. Galunggung, sayang banget jalannya rusak berat, jadi lumayan olahraga di angkot. Sampai di pos masuk, sambung naik ojek ke atas tempat tangga or jalur trekking ke kawah Gunung Galunggung. Karena tangga menuju kawah jumlahnya 620, kami lebih milih naik lewat jalur trekking. Perjalanan ke kawah berjalan lancar, walaupun jalannya lumayan menanjak tp dibandingkan jalan ke baduy kemarin, ini sih gak ada pa2nya (hehehe sok d), tampak dari atas kawah gn. Galunggung begitu menawan, terbayar keletihan perjalanan semalam. Photo2 narsispun dimulai, apalagi kawah yg berwarna hijau serta padang rumput yg mengelilingi kawah begitu menggoda. Puas photo2, perjalananpun diteruskan menuju pantai, kali ini kami memutuskan minta antar sama angkot yg tadi, langsung ke terminal di Tasik, setelah dapat Elf tujuan Cipatujah, kamipun langsung berangkat tapi kali ini kami gak pakai sistim charter, jd sepanjang jalan kalo ada penumpang yg menyetop di jalan terpaksa berhenti trus setiap berhenti pasti kernetnya bilang gak ada lagi mobil yg menuju ke sana, kita sih iya aja, tp herannya sepanjang jalan ketemu ama bis2 gede kalo dilihat-lihat ada yg menuju ke cipatujah, berarti sebenarnya ada bis tapi jarang, getu lho pak….

Setelah melalui perjalanan yg lumayan berkelok-kelok n perlu waktu 3 jam akhirnya kami sampai di daerah Sindang Kerta, penginapan kami kebetulan dekat pantai jd setelah berbagi kamar dan menaruh barang2, kami langsung menuju pantai. Sambil menunggu sunset. Kami sibuk dengan acara masing-masing. Kebetulan di pantai ada cerukan yg lumayan gede jd bisa dipakai buat berenang tanpa takut ada ombak datang n juga sembari photo2. Puas photo2 juga kedinginan karena habis berenang, aku balik ke penginapan buat bersih2. Setelah mandi, sholat dan makan, kami bersiap-siap untuk hunting ngeliat penyu. Tapi setelah Mang Ade (orang dari Penangkaran penyu) bilang kalo penyu yg bertelur itu adanya jam 1-2 pagi, aku sudah malas aja ikutan, tp ngapain aku bengong sendiri di penginapan, akhirnya aku ikutan pergi. Benar aja setelah perjalanan yg cukup lama dan panjang dan menyusuri pantai berkarang (kakiku sempat terantuk), kata Mang Ade “Cuma 2 km” tp kok gak nyampe2, akhirnya kami memutuskan untuk balik ke penginapan lewat jalan aspal, ternyata 2 km itu sepertinya sih hampir 4 km, hehehe lumayan boo, sampai akhirnya kami stop sebentar untuk membeli semangka di pinggir jalan dan langsung makan di situ. Badan rasanya cape banget, tapi karena rombongan yg pergi ini heboh semua, jadi gak kerasa, habis dibawa ketawa-ketiwi melulu.



Setelah semalaman tidur, pagi-pagi kami sudah siap2 buat ngelanjutin perjalanan ke Pantai Cipatujah dan Pantai Karang Tawulan. Pantai Cipatujah sekitar 3 km dari Sindang Kerta. Di pantai ini ada tanda dilarang berenang, karena ombak yg besar juga mungkin ada palung laut. Jadi kami cuma sebentar di sini, numpang sarapan pagi, habis di daerah Sindang Kerta gak nemu warung buat sarapan. Selesai sarapan, perjalanan dilanjutkan ke Pantai Karang Tawulan. Sempat ngebungkus buat makan siang di Karang Tawulan, berdasarkan informasi, di sana cuma ada yg jualan buat makanan & minuman ringan, tp buat makan besar gak ada.

Akhirnya kami lanjutkan perjalanan ke Karang Tawulan, sempat mampir sebentar ke penginapan, ngambil matras Obby yg ketinggalan. Karena jalan yg dilalui mulus banget gak terasa sekitar 1,5 jam, kami sudah sampai di tempat wisata Karang Tawulan. Pemandangan yg menakjubkan menghampar di depan kami, Pantai landai tapi juga ada karang-karang yg tinggi. Hasrat narsispun tersalurkan di sini, baru datang aja udah mulai gaya-gaya di depan kamera. Aku sempat naik ke karang yg lumayan tinggi, kepengen di photo di sana, sempat takut juga sih, tapi hasrat narsis mengalahkan rasa takut..hehehe.

Cuma sebentar di sini, kira2 2 jam gitu d. Kami harus ke Terminal Indiang Tasikmalaya buat mengejar bis yg paling siang tuk pulang ke Jakarta. Jam 16.00 sore akhirnya bis kami berangkat menuju Jakarta. Akhirnya perjalanan yg menyenangkan inipun harus berakhir. Semoga kami dapat pergi bersama-sama lagi di trip yg lain.

Terima kasih buat Dian, Syifa, Anis, Alida, Indah, Di, Emyl, Risda (Tante Autis), Merry, Obby and Endro (“Our Bodyguard”), makasih buat ketawa-ketiwinya, sehingga perjalanan ini begitu berkesan dan menyegarkan.

Detail biaya perjalanan.

Jkt – Singaparna : Bis ekonomi non ac Rp. 31.000/orang

Singaparna – Gn Galunggung-Singaparna : Rp. 100.000 (sewa angkot)

Ojek ke Tangga Gn Galunggung (PP) : Rp. 15.000/orang

Tiket masuk ke Gn. Galunggung : Rp. 4.200/orang

Singaparna – Terminal Indiang Tasik : Rp. 20.000 (sewa angkot)

Tasik – Sindang Kerta : Rp. 20.000/orang (naik Elf)

Sindang Kerta – Cipatujah – Karang Tawulan : Rp. 200.000 (sewa Elf)

Penginapan : Rp. 150.000/ hari

Tasik – Jakarta : Bis AC Rp. 35.000/orang –

Last Updated ( Thursday 03 Jan 2008 )



Pangandaran
Satu tempat yang dulunya dianggap keramat oleh warga setempat, kini malahan jadi sangat populer. Saya nggak tau kenapa nama Cukang Taneuh (Jembatan Tanah), jaraknya sekitar 30an kilometer dari Pangandaran jadi lebih dikenal dengan sebutan Green Canyon; Sungai Cijulang yang airnya jernih berwarna hijau dengan pemandangan tebing-tebing dengan batuan berbentuk unik di hulu sungai. Konon, lokasi eksotis ini ditemukan oleh turis Perancis sekitar tahun 90an.

Long-weekend kali ini, saya dan Nefran jalan-jalan ke Pangandaran dan sekitarnya. Berangkat malam hari dari Depok dengan bus, keesokan paginya kami sudah berada di Pangandaran. Secara kebetulan ternyata ketemu beberapa teman di Pangandaran. Semula kami ketemu Shifa dan Salla di depan Toilet terminal. Dua cewek ini berangkat pada malam hari yang sama dari Terminal Kampung Rambutan. Kami jadi berempat, tapi masih ragu, apakah mau ke Pantai atau langsung ke Green Canyon ? Lalu Nef mengontak Dwi dan Widji yang ternyata juga sudah berada di sini sejak kemarin dan akhirnya janjian ketemu di penginapan mereka. Denni yang berangkat dari Jakarta bareng lima teman lainnya datang pada saat yang bersamaan pula. Sekarang kami jadi bertigabelas orang !

Objek wisata di kawasan Pangandaran bisa dibilang banyak. Ironisnya, akses dengan kendaraan umum sangat terbatas. Jalan aspal menuju lokasi wisata umumnya dalam kondisi rusak. Angkutan yang bisa diandalkan cuma ojeg atau carter kendaraan umum. Karena jumlah kami cukup banyak, patungan untuk sewa kendaraan adalah pilihan yang paling ekonomis. Pagi itu kami pesan mobil carteran untuk jalan-jalan besok. Tujuan utama kami sama; Green Canyon ! sedangkan objek yang lainnya cuma dianggap 'sampingan'

Hari pertama, kami ke Cagar Alam Pananjung dengan nyewa perahu. Seharian waktu dihabiskan di sini. Mengunjungi tempat-tempat; pemandian Dewi Rengganis, situs purbakala 'Batu Kalde' berbentuk 'sapi' peninggalan Hindu 1600 tahun lalu, keluar masuk gua-gua yang dihuni binatang Landak, beberapa teman snorkeling di pantai pasir putih dan makan siang ikan bakar di sini. Sorenya kami kembali ke darat untuk lihat Sunset.

Semula saya dan Nefran memang berniat menghabiskan malam sambil ngopi dan tiduran di warung pinggir pantai. Berbekal sleeping bag dan matras; saya, Nefran, Shifa, dan Salla memilih tidur di atas pasir pantai Pangandaran. Sembilan orang teman kami lainnya menginap di penginapan. Tas Ransel beserta barang berharga dititipkan ke mereka. Kami pilih lokasi di samping perahu parkir dan agak jauh dari warung untuk menghindari keramaian. Tapi sialnya, perahu yang ada di samping kami itu beberapa kali silih berganti ditongkrongin anak-anak muda sambil main gitar hingga mengusik ketenangan. Sempat khawatir juga karena langit kelihatan mendung malam itu, tetapi nyatanya bintang-bintang bermunculan lewat tengah malam. Kami bangun subuh saat masih gelap karena pantai sudah mulai ramai pengunjung yang berolahraga.

Saat Long weekend, kawasan wisata Pangandaran kebanjiran wisatawan. Semua penginapan tampak penuh. Tempat parkir lokasi wisata umumnya dipadati bis-bis besar yang mengangkut rombongan turis. Untuk dapat giliran naik perahu di Green Canyon, kami memegang nomer antrian yang ke-200an. Satu perahu berisi maksimal 6 orang. Harga 70ribu per perahu rasanya terlalu mahal untuk menikmati Green Canyon dalam waktu yang dibatasi cuma sampai 45 menit. Mula-mula kami menyusuri sungai dengan pemandangan yang biasa saja. Pemandangan yang menakjubkan baru terasa saat perahu mulai memasuki gua besar dengan panorama stalaktit dan stalakmit yang spektakuler. Perahu berhenti di dalam gua dan nggak mungkin masuk lebih dalam lagi karena terhalang batu besar dan lorongnya semakin menyempit. Nah, umumnya pengunjung hanya sampai di sini. Mau yang lebih menantang ? Kami sepakat untuk perpanjang waktu dengan menambah biaya 50ribu per perahu. Untuk masuk lebih ke dalam satu-satunya jalan hanya dengan cara berenang menyusuri lorong-lorong bebatuan berbentuk unik. Batu-batuan itu memercikan air seperti shower. Semakin masuk ke dalam, pemandangannya semakin indah. Beberapa tahun sebelumnya saya pernah ke sini, tapi waktu itu airnya berwarna cokelat karena habis hujan dan untuk menghindari air bah, pengunjung gak diijinkan berenang di dalam lorong tebing. Namun, kali ini saya beruntung karena airnya hijau bening dan boleh menjelajah ke dalam lorong.

Masih ada waktu sebelum masa carter angkot berakhir. Kami sempat mengunjungi Pantai Batu Karas, tempat para pehobi selancar dan Cagar Alam Sungai Citumang (dalam Lonely Planet disebut Green Canyon II), sebelum kembali ke Jakarta dengan cara masing-masing.


Pulangnya kami tinggal berempat (saya, Nef, Shifa, dan Salla) menunggu bis di terminal Banjar. Sudah hampir tengah malam, kami belum dapat bis ke Jakarta. Demi menghindari keributan dengan calo-calo terminal dan para tukang tipu, lebih baik kami naik bis ke Bandung dulu, dan sampai di sana pukul 2 dini hari. Sambil menunggu pagi, kami istirahat di ruang tunggu di depan ATM BCA seberang terminal bis Leuwipanjang. Atas ijin Satpam, kesempatan istirahat kami gunakan untuk tidur dengan syarat harus bangun sebelum matahari terbit atau disiram Satpam.



Travel Tips per April 2006;

* Bis Ekonomi Depok/Jakarta ke Pangandaran Rp 40,000 (8 jam) atau pakai rute Jakarta-Tasik/Banjar-Pangandaran
* Sewa Perahu di Pangandaran Rp 200,000/perahu kapasitas 10 orang
* Carter Angkot (Elf) seharian penuh Rp 300,000 kapasitas 17 orang (pastikan waktu pemakaian dan rute-rutenya supaya gak ada charge tambahan)
* Sewa Perahu Green Canyon Rp 70,000 kapasitas 5 orang untuk 45 menit
* Hindari musim liburan demi kenyamanan perjalanan


Sunday, January 4, 2009
Ciwidey, Dari Kawah Putih Ke Situ Patengan
Tulisan ini khusus saya tujukan kepada teman-teman backpacker yang ingin mengunjungi wisata alam Ciwidey. Untuk menuju ke sana banyak wisatawan yang menggunakan kendaraan pribadi (mobil dan sepeda motor). Meskipun demikian anda jangan takut, biarpun letaknya di selatan jauh kota Bandung tetapi untuk menuju kesana anda bisa menempuhnya dengan kendaraan umum. Ada bis dan angkutan pedesaan yang dapat mengantarkan anda dengan biaya yang tidak mahal.

Tepat di pegunungan Patuha dengan ketinggian ±2400mdpl keelokan maha karya sang Maha Kuasa dapat anda nikmati. Rute menuju ke wisata alam Ciwidey anda bisa menempuhnya dari pusat kota Bandung. Dari terminal Leuwipanjang anda bisa naik bis jurusan Bandung-Ciwidey. Biaya angkutan untuk menuju ke sana cukup murah. Anda cukup merogoh isi kantong anda sebesar Rp. 7000 dan turun di terminal Ciwidey. Atau kalau anda suka berdesak-desakkan silahkan naik mobil L300 dengan jurusan yang sama dengan biaya yang sedikit mahal. Anda bisa mengeluarkan biaya Rp 10.000, dengan angkutan ini, namun anda bisa lebih cepat menuju ke Ciwidey.

Setelah sampai di terminal Ciwidey anda bisa mencari angkutan pedesaan jurusan Ciwidey-Situ Patengan. Angkutan ini cukup banyak dan waktu trayeknya hingga sore hari, tetapi saran saya lebih baik anda berangkat pagi hari. Dari terminal Ciwidey anda cukup mengeluarkan ongkos sebesar Rp. 10.000. Cukup murah kan?

Selama perjalan menuju ke Situ Patengan anda akan melewati sejumlah perkebunan strawbery. Untuk menikmatinya buah strawbery anda tidak perlu berhenti, di lokasi wisata banyak di jajakan strawbery dengan kualitas yang beragam. Terserah anda mau memilih kualitas yang mana dengan harga yang sangat terjangkau.

Lokasi wisata pertama yang bisa anda jumpai adalah lokasi wisata Kawah Putih. Menuju lokasi Kawah Putih, dari pintu masuk hingga ke kawah jaraknya sekitar 5 km atau bisa ditempuh sekitar 20 menit. Melalui jalan beraspal yang berkelok-kelok dengan pemandangan hutan tanaman Eucalyptus dan hutan alam dengan aneka ragam species hutan hujan tropis. Khusus untuk para backpacker di pintu masuk sudah disediadakan kendaraan khusus dengan biaya charter sebesar Rp. 100.000 PP. Atau kalau anda mau bersabar maka anda harus menunggu hingga kendaraan ini penuh dengan penumpang yang kapasitasnya 14 orang dengan biaya Rp. 8000 PP.


Selain bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan, dapat pula ditempuh dengan berjalan kaki atau lintas jalan kaki sejauh 7 km dari objek wisata alam Punceuling, melalui jalan setapak hutan alam. Meski perjalanan agak melelahkan, namun di sepanjang perjalanan akan terhibur dengan suasana hutan alam dan udara segar dan bersih. Bagi petualang, jalur ini menjadi alternatif yang cukup menantang hingga mencapai objek wisata kawah.

Selain lokasi wisata Kawah Putih anda bisa mengunjungi lokasi wisata yang lain dengan arah yang sejalur. Dari Kawah Putih menuju Situ Patengan anda akan menemui beberapa lokasi wisata, diantaranya pemandian air panas Ciwalini, bumi perkemahan Ranca Upas, Perkebunan Teh Ranca Bali dan yang terakhir adalah Situ Patengan.
Situ Patengan atau yang lebih populer di dengar orang dengan nama Situ Patenggang merupakan suatu legenda romantis di zaman dahulu kala. Setelah memasuki gerbang Situ Patengan, kita akan melewati perkebunan teh yang menghijau. Dan tidak jauh kedepan, kita akan melihat hamparan air yang sangat banyak dengan keindahan alam yang menawan. Kesegaran dan kesejukan menambah kenyamanan kita di area wisata Situ Patengan.


Rasa lelah yang dirasakan pada saat melakukan perjalanan ke lokasi wisata ini senantiasa akan hilang begitu sampai ke lokasi wisata Situ Patengan. Hamparan air yang luas, dengan sentuhan kabut tipis yang menggantung diatasnya, menambah indahnya suasana Situ (danau). Dengan melihat tenangnya air danau, segarnya udara yang kita hirup, dan sejuknya suasana danau akan membuat kita merasa damai dan bisa melupakan sejenak kepenatan dan stress yang sedang dihadapi.

Selain bisa menikmati pemandangan dari pinggir danau, kita juga bisa menyewa perahu untuk mengelilingi danau, terutama mengunjungi pulau yang menjadi pelengkap legenda Situ Patengan. Pulau Asmara dan Batu Cinta merupakan lokasi yang menjadi tujuan para wisatawan. Konon menurut ceritanya, siapapun yang singgah ke Batu Cinta dan mengelilingi Pulau Asmara maka akan mendapatkan cinta yang abadi. Hal inilah yang mungkin menjadikan Batu Cinta dan Pulau Asmara menjadi tempat yang membuat wisatawan menjadi penasaran.

Demikian tulisan dari saya, semoga bermanfaat dan selamat berkunjung!

1 komentar: