Senin, 19 September 2011

Jadi pengen pulang kampung........

Bukittinggi
Perjalanan ke BT selama 2 jam sungguh menyenangkan. Banyak hamparan sawah dan rumah yang mampu melupakan dari hiruk pikuk Jakarta. Kebetulan saya duduk dekat supir, .. duh duh .. jangan ditanya gimana deg2annya saya melihat cara mereka menyetir. Ngebut dan jago nyalip, tapi kelihatannya semua supir di sana seperti itu mengingat jalannya yang mulus dan sepi. Kami singgah sebentar di Air mancur Lembah Anai untuk melihat2 dan membeli makanan di ruko2 setempat


Padang sering saya dengar sebagai daerah yang "wajib dikunjungi". Jadi pergi ke Padang rasa2nya harus saya lakukan suatu hari nanti. Tanpa dinyana dan diduga, kesempatan itu datang juga .. akhirnya saya, anak dan ibu sepakat akan menghabiskan 6 hari 5 malam disana. Lama juga ya.. yah namanya liburan.

Pergi ke Padang dilakoni menggunakan AirAsia. Utk akhir Januari 2006, kami mendapat tiket Rp 466,400/orang/pp Lumayan murah dibanding Garuda yang berharga Rp 446,000/orang/one way (harga di loket penjualan Garuda di Bandara Minangkabau).

Pesawat AirAsia yg kami tumpangi lumayan tepat waktu. Menyenangkan juga, asal jangan melihat dari sisi penampilannya saja. Rasanya lucu juga waktu rebutan mencari kursi. He he he ... serasa di biskota.

Kami masuk dari terminal I, dan saat menunggu keberangkatan sempat mencari makan di sebuah cafe. Lupa nama cafe-nya, tapi yang jelas dekat dengan eskalator untuk ke lantai 2. Makanannya ya.. so so banget deh, padahal penampilan cafe-nya kelihatannya cukup bagus. Perjalanan ke Bandara International Minangkabau (BIM) dari Cengkareng sekitar 1 jam 40 menit. Sesampai disana.. saya langsung ke Counter Taxi resmi Bandara dan mencari taxi untuk ke Bukittinggi(BT).

Dari BIM ke BT sebenarnay bisa naik Damri ke Padang lalu sambung naik kendaraan lain lagi. Atau menumpang travel dengan membayar hanya Rp 25,000/orang. Saat itu kami memilih naik taxi untuk kemudahan. Rate resmi dari bandara adalah Rp 185,000. Sebelum perjalanan dimulai, sang supir sudah minta uang bensin sebesar Rp 100,000.

Perjalanan ke BT selama 2 jam sungguh menyenangkan. Banyak hamparan sawah dan rumah yang mampu melupakan dari hiruk pikuk Jakarta. Kebetulan saya duduk dekat supir, .. duh duh .. jangan ditanya gimana deg2annya saya melihat cara mereka menyetir. Ngebut dan jago nyalip, tapi kelihatannya semua supir di sana seperti itu mengingat jalannya yang mulus dan sepi. Kami singgah sebentar di Air mancur Lembah Anai untuk melihat2 dan membeli makanan di ruko2 setempat. Karena cuma sebentar, bayar parkir hanya Rp 1,000. Kalau lebih lama, katanya bisa lebih mahal lagi.

Sesampai di BT sudah lewat mahgrib, kami segera mencari hotel. Saya memilih Hotel Gallery di dekat Hotel Novotel. Sang supir taxi dengan setia mengantarkan dan wanti-wanti agar saya melihat kondisi kamarnya dulu. Setelah OK, baru dia pergi setelah saya membayar sisa ongkos taxinya.


Hari-hari di BT kami isi dengan menyambangi Taman Panorama berikut Gua Jepangnya, Benteng Fort de Kock, Tourist Information Center (buka setelah jam 9 pagi) dan jalan2 keluar kota. Kota BT memang kecil sehingga rasanya akan jemu bila tinggal terlalu lama tinggal disana tanpa keluar kota.

Harga tiket masuk untuk ke semua tempat lumayan murah (antara Rp 1,500 - 2,000/orang). Banyak tersedia local guide disana dan mereka rata2 tidak terlalu agresif menawarkan jasanya. Saya sendiri ngga pernah menggunakan jasa mereka. Yang lebih agresif justru saya lihat dari penjaga tiket dan tukang parkir. Seperti saat saya mengunjungi Danau Singkarak, saya singgah di sebuah taman yg tidak terawat. Ee.. saat parkir mobil, langsung saja ada yang menghampiri dan wanti2 bahwa kami harus bayar sekian ribu. Kami saat itu mau saja membayar dengan meminta bukti karcisnya. Duuh.. itu karcis sampai kumal dipegang terus, kira2 sudah berapa lama ya taman itu tertelantarkan ?

Berjalan-jalan di sore hari atau malam hari di BT cukup menyenangkan. Penjualnya tidak ada yang marah saat ibu saya menawar barang. Ibu saya memang kalau menawar suka "tega".. wah, kalau di Jakarta, bisa disumpahin orang nih. Ada pertunjukan tarian daerah di sebuah sanggar yang lokasinya tidak jauh dari jam gadang. Beberapa sanggar tari mengadakan pertunjukan disitu pada hari2 yg berbeda. Harga tiketnya Rp 40,000/orang.. dan cukup menyenangkan menonton disitu selama 1,5 jam meski sempat telat selama 10 menit. Tapi siap2 saja sesudah pertunjukan penarinya akan langsung mendekati penonton untuk berjualan souvenir dari mereka.

Berhubung saat itu masih hari raya Imlek, jadi banyak resto Chinese yang tutup. Apa daya.. menu masakan berbau santan dan pedas menjadi tak terhindarkan lagi. Pilihan lain paling2 makanan standar seperti "Nasi goreng, Mie goreng, Mie rebus, Juice..", dan herannya hampir disetiap resto ada menu ini. Hanya ada 1-2 resto yang menyajikan steak atau seafood. Hari ke-5, sayapun tak kuat lagi menyantap hidangan yg seperti itu terus dan akhirnya beralih ke KFC.. he he he Harga makanan bervariasi sekitar Rp 5,000 - 10,000 untuk kedai tenda. Dan makan di resto Padang sekitar Rp 35,000 - 50,000 untuk ber-4.

Untuk mengunjungi daerah2 di luar kota, disediakan berbagai macam tour. Yaitu Tour Minangkabau (mengunjungi Selatan BT), Tour Maninjau (mengunjungi bagian barat BT), dan Tour yang mengunjungi bagian Timur BT. Harga rata2 tour adalah Rp 100,000 - 125,000/orang. Kalau tour dengan menyewa mobil bisanya kena sekitar Rp 450,000 - 500,000 (termasuk bensin, supir, dan tiket masuk). Saat itu saya sewa mobil dengan harga Rp 450,000 dan saya menggabungkan kunjungan ke Selatan dan Barat BT. Berangkat jam 9:30 dan kembali ke BT jam 6 sore. Uh.. melelahkan juga...




Rata2 yang disajikan adalah pemandangan alam berupa pegunungan(Tabek Patah, Sungai Landia) dan danau (Maninjau dan Singkarak). Yang paling berkesan bagi saya adalah saat mengunjungi Istana Pagaruyung dan rumah yang berusia lebih dari 350 tahun. Di danau Singkarak, saya mampir makan di sebuah taman yang tak terurus, sampai2 WC-nya pun tak terurus. Makan ikan bilis yang di pangek disana.. duh sedapnya. Ditambah air putihnya yang terasa lezat. Pulangnya kami langsung membungkus sekantung ikan bilis goreng. Harga makanan disana Rp 5,000/porsi. Ohya taman ini letaknya agak tersembunyi dan tampak sepi. Menurut penjaga warung disitu, sejak BBM naik pengunjung makin berkurang.

Belanja oleh2 saya dilakukan di Pasar Atas. Tersedia toko Grosir di tengah2 pasar yang memberikan harga Rp 1,500 - 3,000 lebih murah dari harga di kios2 pinggir jalan. Membeli makanan disana juga dilakukan tapi hanya untuk makanan seperti enting kacang atau ikan2an. Untuk Sanjai dan aneka keripik, saya beli di Toko NITTA karena sanjainya lebih fresh dan rapuh(istilah orang sana).

Setelah menghabiskan 5 malam disana, kami pulang kembali dengan AirAsia. Pesawat telat sekitar 15 menit. Sesampai di bandara Cengkareng, saya ditawari mobil dengan harga Rp 200,000 ke Depok. Saya coba tawar sampai Rp 175,000 .. dia tidak mau. AKhirnya saya menggunakan taxi saja. Aduuh.. macetnya Jakarta di hari Jum'at malam. Total argo akhirnya harus dibayar sebesar Rp 190,000 ... lah kok sama aja ya dengan mobil yang ditawari tadi ya.














Sunday, January 4, 2009
Ciwidey, Dari Kawah Putih Ke Situ Patengan
Tulisan ini khusus saya tujukan kepada teman-teman backpacker yang ingin mengunjungi wisata alam Ciwidey. Untuk menuju ke sana banyak wisatawan yang menggunakan kendaraan pribadi (mobil dan sepeda motor). Meskipun demikian anda jangan takut, biarpun letaknya di selatan jauh kota Bandung tetapi untuk menuju kesana anda bisa menempuhnya dengan kendaraan umum. Ada bis dan angkutan pedesaan yang dapat mengantarkan anda dengan biaya yang tidak mahal.

Tepat di pegunungan Patuha dengan ketinggian ±2400mdpl keelokan maha karya sang Maha Kuasa dapat anda nikmati. Rute menuju ke wisata alam Ciwidey anda bisa menempuhnya dari pusat kota Bandung. Dari terminal Leuwipanjang anda bisa naik bis jurusan Bandung-Ciwidey. Biaya angkutan untuk menuju ke sana cukup murah. Anda cukup merogoh isi kantong anda sebesar Rp. 7000 dan turun di terminal Ciwidey. Atau kalau anda suka berdesak-desakkan silahkan naik mobil L300 dengan jurusan yang sama dengan biaya yang sedikit mahal. Anda bisa mengeluarkan biaya Rp 10.000, dengan angkutan ini, namun anda bisa lebih cepat menuju ke Ciwidey.

Setelah sampai di terminal Ciwidey anda bisa mencari angkutan pedesaan jurusan Ciwidey-Situ Patengan. Angkutan ini cukup banyak dan waktu trayeknya hingga sore hari, tetapi saran saya lebih baik anda berangkat pagi hari. Dari terminal Ciwidey anda cukup mengeluarkan ongkos sebesar Rp. 10.000. Cukup murah kan?

Selama perjalan menuju ke Situ Patengan anda akan melewati sejumlah perkebunan strawbery. Untuk menikmatinya buah strawbery anda tidak perlu berhenti, di lokasi wisata banyak di jajakan strawbery dengan kualitas yang beragam. Terserah anda mau memilih kualitas yang mana dengan harga yang sangat terjangkau.

Lokasi wisata pertama yang bisa anda jumpai adalah lokasi wisata Kawah Putih. Menuju lokasi Kawah Putih, dari pintu masuk hingga ke kawah jaraknya sekitar 5 km atau bisa ditempuh sekitar 20 menit. Melalui jalan beraspal yang berkelok-kelok dengan pemandangan hutan tanaman Eucalyptus dan hutan alam dengan aneka ragam species hutan hujan tropis. Khusus untuk para backpacker di pintu masuk sudah disediadakan kendaraan khusus dengan biaya charter sebesar Rp. 100.000 PP. Atau kalau anda mau bersabar maka anda harus menunggu hingga kendaraan ini penuh dengan penumpang yang kapasitasnya 14 orang dengan biaya Rp. 8000 PP.


Selain bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan, dapat pula ditempuh dengan berjalan kaki atau lintas jalan kaki sejauh 7 km dari objek wisata alam Punceuling, melalui jalan setapak hutan alam. Meski perjalanan agak melelahkan, namun di sepanjang perjalanan akan terhibur dengan suasana hutan alam dan udara segar dan bersih. Bagi petualang, jalur ini menjadi alternatif yang cukup menantang hingga mencapai objek wisata kawah.

Selain lokasi wisata Kawah Putih anda bisa mengunjungi lokasi wisata yang lain dengan arah yang sejalur. Dari Kawah Putih menuju Situ Patengan anda akan menemui beberapa lokasi wisata, diantaranya pemandian air panas Ciwalini, bumi perkemahan Ranca Upas, Perkebunan Teh Ranca Bali dan yang terakhir adalah Situ Patengan.
Situ Patengan atau yang lebih populer di dengar orang dengan nama Situ Patenggang merupakan suatu legenda romantis di zaman dahulu kala. Setelah memasuki gerbang Situ Patengan, kita akan melewati perkebunan teh yang menghijau. Dan tidak jauh kedepan, kita akan melihat hamparan air yang sangat banyak dengan keindahan alam yang menawan. Kesegaran dan kesejukan menambah kenyamanan kita di area wisata Situ Patengan.


Rasa lelah yang dirasakan pada saat melakukan perjalanan ke lokasi wisata ini senantiasa akan hilang begitu sampai ke lokasi wisata Situ Patengan. Hamparan air yang luas, dengan sentuhan kabut tipis yang menggantung diatasnya, menambah indahnya suasana Situ (danau). Dengan melihat tenangnya air danau, segarnya udara yang kita hirup, dan sejuknya suasana danau akan membuat kita merasa damai dan bisa melupakan sejenak kepenatan dan stress yang sedang dihadapi.

Selain bisa menikmati pemandangan dari pinggir danau, kita juga bisa menyewa perahu untuk mengelilingi danau, terutama mengunjungi pulau yang menjadi pelengkap legenda Situ Patengan. Pulau Asmara dan Batu Cinta merupakan lokasi yang menjadi tujuan para wisatawan. Konon menurut ceritanya, siapapun yang singgah ke Batu Cinta dan mengelilingi Pulau Asmara maka akan mendapatkan cinta yang abadi. Hal inilah yang mungkin menjadikan Batu Cinta dan Pulau Asmara menjadi tempat yang membuat wisatawan menjadi penasaran.

Demikian tulisan dari saya, semoga bermanfaat dan selamat berkunjung!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar